Senin, Oktober 20, 2014

Soal Remidi UTS IPS Kelas VIII

1. Sebutkan 4 keunggulan iklim di Indonesia!
2. Identifikasilah faktor-faktor produksi dalam pembuatan kerupuk!
3. Bagaimana hubungan antara revolusi industri dengan kedatangan bangsa-bangsa Barat ke Indonesia?

INGAT!!! Tulis nama dan kelas kalian yaaaa !!!

Minggu, Mei 19, 2013

Allah memerintahkan berdo’a dan berjanji akan mengabulkannya.

DO'A adalah Ibadah.
Oleh :Abdul Aziz Bin Abdillah Adh-Dhubai’i.

Doa merupakan amalan Ibadah sebagaimana yang di katakan Rasulullah Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam. Dan do’a mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Allah Dzat yang mengetahui hal-hal yang ghaib.

Khalid Ar Rib’iy mengatakan: Saya kagum perkara umat ini dalam ayat :

(أدعوني أستجب لكم) Allah memerintahkan berdo’a dan berjanji akan mengabulkannya tanpa syarat.

Ibrahim bin Adham mengumpulkan beberapa perkara yang menghalangi dikabulkanya do’a, ketika beliau ditanya mengapa kami pada berdo’a tetapi tidak dikabulkan maka beliau menjawab:

"Kamu sekalian mengimani Allah tetapi kamu tidak mentaati-Nya,
Dan mengimani rasul-Nya tetapi kamu tidak mau mengikuti sunnahnya,
dan kamu sekalian membaca Al-Qur’an tetapi tidak mau mengamalkannya,
dan kalian semua makan nikmat-nikmat Allah tetapi tidak mensyukuri Nya,
dan kamu sekalian mengimani adanya surga tetapi tidak mau mencarinyanya,
dan kamu sekalian mengimani adanya neraka tetapi tidak menghindar daripadanya,
dan kamu sekalian tahu syetan itu musuh nyata tetapi tidak mau memeranginya,
dan kamu sekalian tahu akan kematian tapi tidak mau bersiap-siap untuk menghadapinya,
dan kamu sekalian mengubur mayit tapi tidak mau mengambil pelajaran,
dan kamu sekalian selalu sibuk dengan aibnya orang lain tetapi lupa akan aibmu sendiri,
maka sungguh semua perkara itulah yang menghalangi dikabulkannya do’a, dan mudah-mudahan Allah menunjukkan kita semua dan mensucikan hati kita sekalian".


Dan sungguh Allah telah mengabulkan do’a mahluk terlaknat yaitu Iblis;
Berkata iblis: "Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan Allah berfirman: "(Kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh". (Al Hajr: 36-37)

Dari Abu Hurairah sesungguhnya Rasulullah Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:"Senantiasa dikabulkan do'a seorang hamba selama tidak berdo'a dengan hal dosa dan memutus hubungan silaturrahmi selama tidak terburu-buru, dikatakan, Ya Rasulullah Isti'jal itu apa? Jawab beliau: "Seseorang mengatakan sungguh aku telah berdo'a tapi tidak juga dikabulkan, maka orang itu lalu meninggalkan do'a." (HR.Muslim)

Imam Sahl bin Abdullah At Tustury mengumpulkan 7 syarat berdo'a yaitu:
1- Tadharru’ (merendahkan diri dihadapan Allah)
2- Al Khauf (takut akan keagungan Allah)
3- Ar Raja’ (mengharap rahmat dan terkabulnya do'a )
4- Al Mudawamah (kontinyu tanpa putus asa)
5- Khusyu’
6- Makan makanan yang halal
7- Umum (berdo'a dengan lengkap, yaitu memulai dengan memuji Allah kemudian bershalawat atas Nabi Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam kemudian baru berdo'a untuk kebaikan dunia dan akherat untuk dirinya sendiri, kedua orang tua dan seluruh orang islam)

Ibnu Atha’ mengatakan :
Do’a mempunyai 4 unsur yaitu : Rukun (tiang), Sayap (hal-hal yang menopang), Waktu dan sebab.
1- Rukun do’a : Hadirnya hati, Yakin, tenang dan khusu’.
2- Sayap do’a : Sungguh-sungguh dan jujur
3- Waktu do’a : Saat 1/3 malam yang akhir
4- Sebab-sebab diterimanya do'a : Memperbanyak Shalawat kepada Nabi Muhammad

WAKTU, TEMPAT & KEADAAN MUSTAJAB UNTUK BERDO'A

1- Do'a di waktu sahur (sepertiga malam yang akhir).

Rasulullah Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: " Setiap malam Allah turun ke langit bumi ketika sepertiga malam yang akhir, Allah berfirman: barang siapa yang berdo'a kepada-Ku akan Aku kabulkan, barang siapa yang meminta akan Aku beri, barang siapa yang minta ampun kepada-Ku akan Aku ampuni(dosa-dosa) nya." (HR. Muttafaq 'Alaih)

2- Do'a diwaktu sujud
Dari Abu Hurairah , Rasulullah Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jarak paling dekat seorang hamba dengan Tuhan nya yaitu ketika sedang sujud, maka perbanyaklan do'a padanya". (HR. Muslim)

3- Do'a diantara adzan dan iqamah.
Dari Anas bin Malik , Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: " Do'a yang dipanjatkan saat antara adzan dengan iqamat tidak akan tertolak ". (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

4- Do’a Musafir, Do'a orang Tua buat Anaknya, Do'a orang teraniaya
Dari Abu Hurairah , Rasulullah Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: " Ada 3 jenis Do'a yang mustajab;

Do'a orang tua (atas anaknya),
Do'a orang teraniaya,
Do'a Musafir ".

(HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah &Ahmad)

5- Do'a pada beberapa saat di siang hari Jum'at.

Dari Abu Hurairah , Dari Nabi sesungguhnya Ia bersabda: " Sesungguhnya pada hari Jum'at ada waktu, jika ada seorang hamba berdo'a memohon kepada Allah sesuatu kebaikan pada saat itu pasti Allah akan mengkabulkannya ". (HR. Muslim)

Para Ulama berselisih pendapat mengenai waktu mustajab di hari Jum'at ini ; ada yang mengatakan ;
- Waktu ketika menunggu Khatib naik mimbar,
- Waktu setelah Ashar sampai tenggelamnya matahari Wallah A'lam.

6- Do’a seorang muslim buat Saudaranya dari kejauhan

Dari Abu Darda' , Bahwasanya ia mendengar Nabi bersabda: " Tidak ada seorang muslim yang mendo'akan baik buat saudaranya dari kejauhan kecuali malaikat yang ditugaskan mengatakan padanya: dan bagimu kebaikan serupa ". (HR. Muslim)

Do’a yang melampaui batas

Ada sebagian orang yang melampaui batas dalam berdo’a baik sebagai imam atau ma’mum yaitu berdo'a dengan : mengeraskan suara, atau berdo’a dengan hal yang tidak pernah diajarkan Rasulullah seperti minta rizqi yang haram, atau berdo’a dengan hal-hal yang mustahil seperti minta hidup kekal di dunia, atau ingin mengetahui perkara ghaib, dan perkara- perkara lainnya. Bahkan perkara-perkara itu dilarang oleh Allah dengan firmannya:

Berdoalah kepada Rabb-mu dengan merendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. ( Al- A’raf: 55)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan beberapa faedah melirihkan suara dalam do’a yaitu :
Menunjukkan keimanan yang dalam bagi orang yang berdo’a bahwasanya Allah maha mendengar.
Menunjukkan adab dan pengagungan kepada Allah karena jika kepada raja di dunia saja sesorang tidak berani mengeraskan suaranya apalagi berhadapan dengan Maharaja (Allah) tentunya lebih utama.
Lebih bisa sungguh-sungguh dan khusyu'.
Menunjuk kan keikhlasan.
Dengan suara lirih seseorang bisa menyatukan hati dan mengkonsentrasikan fikiran, sehingga merasa hina di hadapan Allah, yang tidak bisa dicapai dengan suara keras.
Menunjukkan kedekatan seseorang dengan Allah.
Allah memuji Zakariya dengan firmannya:
Yaitu tatkala ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. (Maryam : 3)
Dengan suara lirih lebih bisa berdo’a dengan kontinyu, karena dengan suara lirih anggota badan juga lisan kita tidak lelah lain halnya kalau dengan suara keras.
Melirihkan do’a bisa menghindarkan hal-hal yang memotong dan menghalangi do’a kita, karena orang lain tidak ada yang mendengarnya lain kalau dengan suara keras.
Menghadapkan diri kepada Allah dan beribadah adalah kenikmatan yang besar dan setiap kenikmatan pasti ada orang yang dengki, maka dengan melirihkan suara akan terhindar dari hasad orang yang dengki.
Sesungguhnya do’a adalah dzikir kepada yang diseru yaitu Allah yang mengandung unsur permintaan dan pujian kepadanya dengan menyebut nama-nama dan sifat-sifat nya yang mulia.
http://ukhtifr.blogspot.com/2013/05/allah-memerintahkan-berdoa-dan-berjanji_1652.html

Kamis, Mei 09, 2013

✿ Sebuah Tanda Cinta...Bagi Wanita Perindu Firdaus-Nya ✿

Goresan nasehat dari Ummu Yazîd Fä

Aku ingin memberimu sesuatu, sebagai tanda cinta kasih dariku untukmu...Maaf jika kau kecewa, karena ini bukanlah cinderamata berharga yang bisa kau taksir harganya. Pun bukan makanan lezat yang bisa kau cicip rasanya. Ini hanyalah untaian kata, kuharap kau bisa mengenangnya sepanjang masa.

Kau...yang membalut badanmu dengan pakaian takwa [1]..Tertatih berdiri kau di atas kebenaran yang nyata. Tutuplah telingamu dari para pencela, tak perlu kau gubris sinis lisan berkata. Campakkanlah ke dinding buah lisan mereka. Ahh memasukkannya dalam hatimu hanya buat sesak dadamu saja. Percayalah...terus memikirkannya dengan hati yang berduka, tidak akan berfaidah apapun jua.

Janganlah terlarut dalam duka...ketika lisan dan perbuatan mereka menggoreskan luka. Bersabarlah dengan sabar yang sesungguhnya...maka kau jua yang kan tuai hasilnya. Mungkin tidak di dunia kau bisa lihat buahnya, namun di akhirat nanti kesabaranmu menggunung pahala Insyaa Allah. Sikapilah saja dengan santun perbuatan, hikmah penjelasan, lembut perkataan, bijaksana, dan hati yang berlapang dada. Barangkali mereka hanya belum tahu ilmunya [2]. Berpegang teguh pada sunnah merupakan hal yang asing keberadaannya...mudah-mudahan kita termasuk menjadi bagian Al-Ghuraba....

فالصبر : حبس النفس عن الجزع والتسخط وحبس اللسان عن الشكوى وحبس الجوارح عن التشويش
وهو ثلاثة أنواع : صبر على طاعة الله وصبر عن معصية الله وصبر على امتحان الله

Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata, " Sabar adalah menahan jiwa dari berkeluh kesah dan marah, menahan lisan dari mengeluh, serta menahan anggota badan dari berbuat tasywisy (yang tidak lurus). Sabar ada 3 jenis, sabar dalam berbuat ketaatan kepada Allah, sabar dari melakukan maksiat, dan sabar tehadap ujian Allah."(Madarijussalikin)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

“Islam muncul dalam keadaan asing, dan ia akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang terasingkan itu.” (HR. Muslim no. 208)

Di dalam riwayat lain nya disebutkan

قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ الْغُرَبَاءُ قَالَ الَّذِينَ يُصْلِحُونَ إِذَا فَسَدَ النَّاسُ

“Ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang asing itu?” Beliau menjawab, “Orang-orang yang berbuat baik jika manusia telah rusak.” (HR. Ahmad dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih wa Dha’if Al-Jami’ no. 7368)

Tak usah kau tunjukkan pada dunia, atau kau tarik tiap pandangan mata...seolah kau berkata, “Inilah aku yang sedang berduka.” Tegarkan sosokmu di tengah badai ujian yang melanda! Kuatkan hatimu dengan tameng keimanan yang membaja! Jadilah mukminah yang kuat imannya!

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

«الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ، خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ، وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَعْجَزْ، وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ، فَلَا تَقُلْ

لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا، وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ، فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ

عَمَلَ الشَّيْطَانِ»

“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah, dan pada setiap mereka ada kebaikannya. Bersemangatlah kamu untuk melakukan apa yang bermanfaat buatmu, minta tolonglah kepada Allah dan jangan bermalas-malasan. Jika kamu ditimpa oleh sesuatu musibah, janganlah kamu mengatakan, ‘Kalaulah saya melakukan (demikian dan demikian), niscaya terjadi demikan dan demikian.’ Akan tetapi katakanlah, ‘Semuanya telah ditaqdirkan oleh Allah dan Allah berbuat sesuai dengan kehendak-Nya.’ Karena kata ‘seandainya’ akan membuka pintu setan" (HR.Muslim)

Apakah kiranya hanya kau yang diuji sedemikian rupa?? Tidak! Telah berlalu ujian yang lebih hebat dan dahsyat bagi para mukminah penggenggam panas bara. Kau tahu...menggenggam bara api menyala itu panas rasanya. Itulah cerminan betapa sukarnya bertahan meniti kebenaran di atas jalan yang diridhai-Nya.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, 'Kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi?” (Qs. Al-'Ankabut: 2)


أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar?” (Qs. Ali Imran: 142)


وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ

“Dan sesungguhnya kami benar-benar akan menguji kamu agar kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan yang bersabar di antara kamu, dan agar kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu” (Qs. Muhammad: 31)

Ketahuilah bahwa beberapa hikmah adanya ujian, adalah sebagai pengangkat derajatmu dan penggugur dosa (kecil).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى

الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا ، إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

“Tidaklah rasa lelah, rasa sakit (yang terus menerus), kekhawatiran, rasa sedih, gangguan, kesusahan yang menimpa seorang muslim sampai duri yang menusuknya kecuali Allah akan menghapus dosa-dosanya dengan musibah tersebut.” (HR. Bukhari no.5641, Muslim no.1792)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيئَةٍ

"Ujian itu akan selalu menimpa seorang hamba sampai Allah membiarkannya berjalan di atas bumi dengan tidak memiliki dosa." (HR. An-Nasa'i di As-Sunan Al-Kubra no7482 dan Ibnu Majah no.4523)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا يُصِيْبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ شَوْكَةٍ فَمَا فَوْقَهَا إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ بِهَا دَرَجَةً أَوْ حَطَّ عَنْهُ خَطِيْئَة

“Jika ada sebuah duri mengenai seorang mukmin atau musibah yang lebih besar dari itu maka Allah akan mengangkat derajatnya atau menggugurkan dosanya, dengan sebab musibah itu.” (HR. Muslim no.6507 )

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ

“Jika Allah menginginkan kebaikan kepada seseorang, Allah akan memberinya cobaan” (HR. Bukhari no.5645)

Ujian demi ujian pasti kan menghadangmu di luar sana. Tetaplah tegak bertahan! Jangan tumbang hati dan ragamu karenanya! Tunggulah, suatu saat nanti kan tiba, ketika kesukaran itu menjadi manis akhirnya.


Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (5) إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا (6)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (Qs. Al-Insyirah: 5-6)

سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا

“Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (Qs. Ath-Thalaq: 7)

Ingatlah...bahwa Allah tidak akan menguji di luar kesanggupan seorang hamba. Kau tahu apa maksudnya? Jika Allah mengujimu dengan cobaan yang tak kau suka, Dia mengerti bahwa kau sanggup mengampunya. Kini yang harus kau pikir justru bagaimana cara “lulus” dengan hasil memuaskan atas ujian-Nya. Maka, kunci jawaban ujian itu terletak dalam sabar, doa, tawakkal, dan ridha atas takdir-Nya.

Tengoklah kisah saudari kita Fulanah yang diboikot, tidak diakui sebagai anak, dibakar jilbabnya dan dianiaya raganya…atau nasib 'Allanah yang dinikahkan secara paksa dengan lelaki yang tidak diketahui bagaimana akhlaknya, hanya karena wanita ini ingin mempertahankan hijab syar'inya. Di luar sana masih banyak yang nasibnya jauh lebih tragis daripada Fulanah dan 'Allanah ini. Lalu, apakah orang-orang di sekitarmu memperlakukanmu sebegitunya?

Tidak! Lihatlah, ujianmu ini belum seberapa dibanding mereka. Di manakah Sumayyah, Aasiyah, dan wanita mukminah penggenggam bara api masa kini itu berada? Tidak usah kau jadi wanita cengeng yang mudah luluh lantak hanya karena cobaan yang mendera! Justru jadikanlah ujian ini sebagai tempaan iman dan takwa. Bukankah intan berpendar kilaunya setelah digosok dan ditempa dengan suhu tinggi sedemikian rupa?! Maka, jadilah dirimu laksana intan kokoh nan berkilau indah setelah melewati tempaan ujian hebat dari-Nya.

Jika sedih dan letihmu beradu, tentu kau tahu sebaik tempatmu mengadu. Panjatkan lebih aduan dan doa di tengah malam yang syahdu, dan pada waktu besar kemungkinan terkabulnya doamu...bukan malah mengiba orang lain mengasihanimu! Ingatlah...masih ada Allah sebagai tempat bergantung, tempat mengadu, tempat memohon, yang kan menolongmu. Masih ada Al-Qur'an yang bisa menawarkan gundah dan dukamu. Masih ada As-Sunnah yang menjadi lentera petunjuk untuk menerangi waktu kelabumu. Masih ada buku-buku sumber ilmu yang bisa menjadi teman setia dalam diam sendirimu. Masih ada kisah-kisah perjuangan menegakkan dinul Islam dari umat terdahulu yang bisa menjadi penghiburmu. Tak lupa kuingatkan bahwa masih ada kami saudari-saudarimu, yang sedia berbagi laramu dan berada di sisimu untuk menyokong bahumu melalui masa sulit itu.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ

“Dan semua kisah para Rasul yang Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu, dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (Qs. Hud: 120)

Tunjukkan dengan akhlak mulia, tentang kebenaran ajaran yang kau bawa...bahwa dahulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan 3 generasi terbaik umat ini meniti jalan di atasnya, dengan kelakuan yang sama. Suguhkan senyum di muka, haturkan salam hangatmu dan santun budimu bagi mereka. Bergaulah apik di tengah masyarakat, selama kelakuanmu bukan maksiyat pada Sang Pencipta. Lebih-lebih jika kau punya limpah makanan yang ada, bagikanlah pada tetangga. Betapa cermin akhlak mulia, dapat mengalahkan rangkaian huruf dan seruan kata [3].

Patrikan pada jiwa, ikhlaskan niatmu....bersihkan niat dari kotoran sum'ah dan riya. Hanyalah ridha dan Firdaus-Nya yang kau pinta...bukan malah ridha manusia yang kau puja! Maka, biarkan orang hendak berkata apa, yang pasti kau titi jalan kebenaran itu hingga nyawa terlepas dari raga[4]. Tidak usah kau ragu akan janji-Nya....kelak, kau kan kecap indahnya surga -Insya Allah-, duduk bertelekan di dipan-dipan dan menenggak minuman dari gelas piala yang bening laksana kaca, mengenakan pakaian indah dari sutra hijau warnanya. Akan tetapi, kau harus tahu….jalan menuju surga penuh dengan hal yang berat dan sulit dilakukan jiwa.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا (12) مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ لَا يَرَوْنَ فِيهَا

شَمْسًا وَلَا زَمْهَرِيرًا (13) وَدَانِيَةً عَلَيْهِمْ ظِلَالُهَا وَذُلِّلَتْ قُطُوفُهَا تَذْلِيلًا (14)

وَيُطَافُ عَلَيْهِمْ بِآنِيَةٍ مِنْ فِضَّةٍ وَأَكْوَابٍ كَانَتْ قَوَارِيرَا (15) قَوَارِيرَ مِنْ فِضَّةٍ

قَدَّرُوهَا تَقْدِيرًا (16)

"Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka (dengan) surga dan (pakaian) sutera, di dalamnya mereka duduk bertelekan di atas dipan, mereka tidak merasakan di dalamnya (teriknya) matahari dan tidak pula dingin yang bersangatan. Dan naungan (pohon-pohon surga itu) dekat di atas mereka dan buahnya dimudahkan memetiknya semudah-mudahnya. Dan diedarkan kepada mereka bejana-bejana dari perak, dan piala-piala yang bening laksana kaca, (yaitu) kaca-kaca (yang terbuat) dari perak yang telah mereka ukur dengan sebaik-baiknya." (Qs. Al Insan: 12-16)

Allah 'Azza wa Jalla berfirman,

أُولَئِكَ لَهُمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ يُحَلَّوْنَ فِيهَا مِنْ أَسَاوِرَ مِنْ

ذَهَبٍ وَيَلْبَسُونَ ثِيَابًا خُضْرًا مِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ مُتَّكِئِينَ فِيهَا عَلَى الْأَرَائِكِ

نِعْمَ الثَّوَابُ وَحَسُنَتْ مُرْتَفَقًا (31)

“Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga ‘Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah.” (Qs. Al-Kahfi: 31)


Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِهِ كُلُّ دَرَجَتَيْنِ مَا

بَيْنَهُمَا كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَسَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ

أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ

“Dalam surga terdapat seratus derajat yang Allah persiapkan bagi para mujahidin di jalan-Nya, yang jarak antara setiap dua tingkatan bagaikan antara langit dan bumi. Maka, jika kalian meminta kepada Allah, mintalah surga firdaus, sebab firdaus adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi, di atasnya ada singgasana Ar-Rahman, dan dari sanalah sungai-sungai surga memancar.” (HR. Al-Bukhari no. 7423)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu , sungguh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

حُجِبَتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ وَحُجِبَتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ

“Neraka itu dihijab (dipagari/dikelilingi) dengan syahwat, sedangkan surga dihijab dengan hal-hal yang tidak menyenangkan (dibenci).” (HR. Al-Bukhari no. 6487)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا

تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqamah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”” (Qs. Fushilat: 30)


فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

“Maka tetaplah istiqamah kamu sebagaimana yang diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kalian kerjakan.” (Qs. Hud: 112).


Ingatlah selalu...ada Dzat Yang Maha Kuasa membolak-balik hati para hamba-Nya. Maka, mohonlah kemudahan atas kesulitan perkaramu pada-Nya, pintalah taufik-Nya bagimu dan bagi mereka, berharaplah agar ujianmu dapat mengangkat derajatmu dan menggugurkan dosa, tak lupa pula panjatkanlah doa agar segala jerih payah kesabaran, ketawakkalan dan keridhaanmu akan takdir-Nya berbuah pahala dan berbalas surga.


Dariku...yang mencintaimu karena-Nya

Senin, Mei 06, 2013

Tipe Guru dalam Mendisiplinkan Siswa

Disiplin kelas, tata tertib kelas, pengendalian kelas, manajemen kelas atau apapun namanya, merupakan hal yang amat krusial bagi seorang guru. Apabila seorang guru tidak mampu memelihara disiplin dalam kelas maka kemungkinan proses pembelajaran akan mengalami kegagalan. Kegiatan ini merupakan langkah awal untuk menciptakan sebuah lingkungan belajar yang kondusif.
Sebagai agen sosialisasi (socialization agent), guru hendaknya membelajarkan siswa tentang berbagai perilaku yang sesuai dengan tuntutan situasi. Dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa, guru menyampaikan berbagai pesan kepada siswa agar dapat berperilaku sesuai dengan situasi yang diharapkan di kelas.
Terdapat 4 (empat) hal penting untuk mencapai kesuksesan di kelas:
  1. Guru perlu merencanakan secara matang pendekatan individual dalam mendisiplinkan siswa.
  2. Guru harus memahami secara baik berbagai teori disiplin, beserta asumsi yang mendasarinya.
  3. Guru memahami nilai-nilai dan filsafat pendidikan yang diyakininya.
  4. Guru harus mampu menentukan pendekatan disiplin yang sejalan dengan keyakinan siswanya, sehingga tidak menimbulkan kebingungan siswa dan konflik personal.
Sesungguhnya, banyak teori tentang disiplin yang bisa kita terapkan di kelas (sekolah), salah-satunya adalah teori Inner Discipline yang digagas oleh Barbara Coloroso. Dalam upaya mendisiplinkan siswa di kelas (sekolah), Coloroso mengemukakan 3 (tiga) kategori guru (dalam tulisan ini saya menggunakan istilah tipe guru), yaitu: (1) Brickwall Teacher (Guru Tembok Bata); (2) Jellyfish Teacher (Guru Ubur-ubur); dan (3) Backbone Teacher (Guru Tulang Punggung). Berikut ini disampaikan penjelasan singkat dari ketiga tipe tersebut:
  1. Guru Tembok Bata (Brickwall Teacher). Guru tipe ini berusaha membatasi dan mengendalikan siswa secara ketat, menganggap siswa sebagai bawahan dan kerap menghina siswa. Disini tidak ada wilayah abu-abu, yang ada hanyalah dikhotomi antara hitam dan putih. Guru tipe ini mengoperasikan tugas dalam suasana ketakutan, melalui aturan tetap dan kaku, menekankan ketepatan waktu, kebersihan dan ketertiban. Dalam proses pembelajaran sering mematahkan kehendak siswa, menekankan ritual dan hafalan, lebih mengandalkan pada kompetisi dan mengajarkan tentang apa yang harus dipikirkan daripada bagaimana berpikir (what to think rather than how to think). Guru Tembok Bata (Brickwall Teacher) kurang memberi kepercayaan kepada siswa untuk mengembangkan Inner Discipline-nya.
  2. Guru Ubur-ubur (Jellyfish Teacher). Berbanding terbalik dengan Guru Tembok Bata, guru tipe yang kedua ini sama sekali tidak memiliki ketegasan dan cenderung lemah dalam mengelola kelas, sehingga memungkinkan terjadinya kekacauan dan anarki di kelas. Tidak memiliki aturan dan struktur yang jelas, serta seringkali menetapkan aturan dan hukuman yang tidak konsisten. Guru tipe ini cenderung menggunakan ancaman dan emosional serta meremehkan proses pembelajaran. Sama halnya dengan tipe guru Tembok Bata (Brickwall Teacher), guru tipe yang kedua ini juga tidak memperhatikan kebutuhan siswa akan pengembangan kemampuan Inner Discipline-nya.
  3. Guru Tulang Punggung (Backbone Teacher). Guru tipe ketiga ini adalah guru yang senantiasa berusaha memberikan dukungan dan menyediakan struktur yang diperlukan siswa untuk menyadari keunikan dan mengenal diri yang sejatinya. Proses pembelajaran berlangsung secara demokratis dengan aturan yang sederhana tetapi jelas. Guru tipe yang ketiga ini selalu berusaha mendukung siswa untuk melakukan kegiatan yang kreatif, konstruktif dan bertanggung jawab, memotivasi siswa agar dapat melakukan semua hal yang mereka miliki. Guru Tulang Punggung (Backbone Teacher) berupaya membelajarkan siswa bagaimana berpikir dan memperoleh kepercayaan terhadap diri sendiri maupun orang lain. Pada Guru Tulang Punggung (Backbone Teacher) inilah memungkinkan terjadinya pengembangan Inner Discipline siswa.
Coloroso berkeyakinan bahwa dalam berhubungan dengan siswa, seorang guru seyogyanya dapat membantu siswa untuk mengembangkan Inner Discipline-nya. Dalam arti, membantu siswa agar mampu menunjukkan perilaku yang kreatif, konstruktif, kooperatif, dan bertanggung jawab, tanpa harus diatur dan dikendalikan orang lain. Siswa dibelajarkan untuk menerima masalah yang dimiikinya, mengambil tanggung jawab penuh atas masalah perilakunya dan dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasinya, bukan atas dasar rasa takut tetapi berdasarkan pemahaman dan kesadaran bahwa memang itulah hal yang benar untuk dilakukan (it is the right thing to do).
Teori Inner Discipline meyakini bahwa setiap siswa pada dasarnya terhormat, oleh karena itu sudah sepatutnya mereka menerima perlakuan secara terhormat dan setiap saat dapat diperlakukan dengan tanpa harus melukai kehormatan dirinya. Langkah-langkah penerapan Inner Discipline dikembangkan dalam 6 (enam) tahapan, yaitu: (1) identifikasi dan mendefinisikan masalah; (2) menentukan kemungkinan-kemungkinan pemecahannya; (3) mengevaluasi pilihan-pilihan yang tersedia; (4) memilih salah satu pilihan yang ada; (5) membuat sebuah rencana dan melaksanakannya; (6) melakukan retrospeksi, dengan mengevaluasi ulang masalah dan solusi yang dijalankan.
Menurut Coloso, keenam langkah ini telah mencakup 3 R tentang Disiplin, yaitu: (1) Restitusi: memperbaiki kerusakan perilaku dan kepribadian yang dialami siswa ; (2) Resolusi: menentukan cara untuk tidak membiarkan perilaku itu terjadi lagi atau dengan kata lain siswa dapat menerima apa yang yang telah dilakukannya dan memulai hal baru; dan (3) Rekonsiliasi: proses penyembuhan, siswa dibelajarkan untuk menghormati rencana restitusi yang telah disepakati, dan berkomitmen untuk berbuat sesuai dengan resolusi.
Menjadi Guru Tulang Punggung (Backbone Teacher) yang mampu mengimplementasikan Inner Discipline sebagaimana disarankan oleh Coloso tentu bukan hal yang mudah, apalagi bagi guru-guru yang sudah kadung menjadi menjadi Guru Tembok Bata atau Guru Ubur-ubur, tetapi barangkali itulah pilihan yang paling memungkinkan dalam konteks pendidikan saat ini, yang mengedepankan proses pemanusiaan manusia.
Bagaimana pendapat Anda? 

Rabu, April 24, 2013

Tak Putus Berharap Kepada Allah


Oleh: Mohammad Fauzil Adhim



Pernah mendengar motivasi seperti ini? "Semua tergantung pada Anda. Bergantunglah pada diri sendiri. Andalah yang menentukan." Tampaknya kalimat ini sangat bagus, tetapi jika kita mengingat do'a yang diajarkan oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam, justru kita mendapati tuntunan yang berkebalikan dengan motivasi tersebut.

Mari kita ingat sejenak do'a berikut:


"اللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلَا تَكِلْنِي إِلَى نَفْسِي طَرْفَةَ عَيْنٍ وَأَصْلِحْ لِي شَأْنِي كُلَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ"

"Ya Allah, rahmat-Mu yang kuharapkan. Maka janganlah Engkau jadikan aku bergantung kepada diriku sendiri, walaupun hanya sekejap mata. Dan perbaikilah seluruh keadaanku. Tidak ada yang berhak diibadahi melainkan Engkau." Do'a dari hadis shahih riwayat Abu Dawud.

Do'a yang diajarkan oleh Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam ini mengingatkan kita kepada do'a lainnya riwayat Tirmidzi dan Ahmad:


"اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ"

"Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal dari-Mu dan jauhkanlah aku dari yang Engkau haramkan. Dan cukupkanlah (kayakan) aku dengan keutamaan rezeki-Mu sehingga tidak perlu aku kepada selain-Mu." (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).

Keduanya adalah do'a. Sebuah do'a, di satu sisi adalah permohonan kepada Allah Jalla wa 'Ala. Di sisi lain, ia adalah ikrar kepada Allah Ta'ala. Kedua do'a tersebut mengajarkan kepada kita untuk berusaha dengan sungguh-sungguh seraya memohon pertolongan kepada Allah Jalla wa 'Ala agar tidak bergantung kepada siapa pun, selain hanya kepada Allah Ta'ala. Bahkan kepada diri sendiri pun, tidak bergantung kepadanya.

Kita masing-masing akan mempertanggung-jawabkan seluruh amal kita, zahir maupun batin. Tetapi ini bukan berarti perintah untuk bergantung kepada diri sendiri. Sungguh, di antara ketergelinciran manusia adalah menjadikan diri sendiri sebagai tempat bergantung. Ia melihat kuatnya kehendak dan pikiran sendiri sebagai penentu segala sesuatu. Ia lupa kepada Yang Menggenggam Hati, Allah Ta'ala.

Sebagian manusia melihat peristiwa-peristiwa alam yang luar biasa, lalu ia merasa kecil di hadapan alam semesta, kemudian tunduk kepadanya. Dan di antara manusia ada yang menjadikan diri sendiri serta alam semesta sebagai kekuatan terbesar yang amat menentukan. Astaghfirullahal 'adzim. Semoga Allah Ta'ala melindungi kita dari terkelabuinya diri (ghurur) terhadap apa yang tampaknya benar, tetapi hakekatnya sangat batil.

Maka, marilah kita tak bosan-bosan memanjatkan do'a sepenuh kesungguhan seraya menghayati apa yang kita mintakan kepada Allah Ta'ala:


"اللهُمَّ أَرِنَا الحَقَّ حَقّاً وَارْزُقْنَا التِبَاعَةَ وَأَرِنَا البَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ"

"Ya Allah, tunjukkan kepada kami bahwa yang benar itu benar dan berikanlah rezeki kepada kami kemampuan untuk mengikutinya Dan tunjukkan kepada kami bahwa yang salah itu salah, dan berikan rezeki kepada kami kekuatan untuk menjauhinya."

Inilah do'a memohon perlindungan agar tak tertipu persepsi diri sendiri http://www.facebook.com/notes/mohammad-fauzil-adhim/agar-tak-tertipu-persepsi-diri-sendiri/458077510908049

Sesungguhnya persepsi tak mengubah realitas. Disebabkan oleh persepsi, apa yang benar dapat tampak batil di mata kita. Begitu pun sebaliknya, apa yang batil dapat saja tampak benar. Dan jalan yang membawa kita pada kejayaan di dunia dan keselamatan di akhirat hanyalah jalan yang sungguh-sungguh benar.

Maka, yang paling penting dalam menjalani hidup ini bukanlah persepsi kita, tetapi pengetahuan, pemahaman dan ketundukan hati untuk jalan yang lurus; kebenaran yang benar-benar sesuai tuntunan. Bukan kita mempersepsi benar, padahal batil. Ini mengharuskan kita untuk senantiasa belajar mengilmui apa yang kita lakukan, terlebih dalam masalah agama. Tanpa mengilmui, kita hanya akan mengikuti persangkaan (zhan) semata.

Do'a ini juga sekaligus pelajaran kepada kita bahwa kebenaran itu ada, kebatilan itu ada. Jalan yang lurus itu ada, jalan sesat pun ada. Sungguh, siapa yang sesat akan celaka untuk selama-lamanya. Amat besar kerugiannya. Maka kita berdo'a kepada Allah Ta'ala, setiap hari, agar ditunjuki jalan yang lurus (shiratal mustaqim). Bukan jalan mereka yang dimurkai. Bukan pula jalan mereka yang sesat.

Marilah kita renungkan sejenak do'a yang kita ucapkan setiap kali kita shalat, dalam surat Al-Fatihah yang kita baca di setiap raka'atnya:


اهدنا الصراط المستقيم

"Tunjukilah kami jalan yang benar."


صراط الذين أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولا الضالين

"(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka. Bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat."



Maka, bagaimana kita merasa telah mendirikan shalat dan menegakkannya, jika kita mengingkari ada yang lurus dan ada yang sesat?

Bukan hak kita untuk menganggap sesat kepada siapa pun yang kita kehendaki. Tapi bukan hak kita juga untuk membantah Allah Ta'ala terhadap apa yang dinyatakan-Nya sebagai sesat dan dimurkai. Maka, sepatutnya kita mengilmui tentang jalan yang lurus dan jalan yang sesat.

Semoga kita tidak termasuk golongan yang mendukung kesesatan, padahal telah nyata kesesatannya. Semoga pula kita tak termasuk yang merasa diri sendiri sebagai yang paling benar. Sembari berusaha untuk menapaki jalan yang benar, kita telisik diri barangkali amat banyak kesesatan dalam diri kita yang berkerak. Sedemikian tebalnya kerak kesesatan itu dalam diri kita sehingga meradang jika diingatkan.

Berhati-hatilah dari terhadap mudah tersinggungnya diri saat ada yang membicarakan kesesatan. Di antara sebab terjatuhnya seseorang menjadi liberal adalah karena amat tak suka mendengar kata sesat, lalu tergelincir lebih jauh sehingga menganggap semua agama benar.

Jika ada perbedaan pendapat, maka marilah kita belajar bertutur dengan hujjah yang jelas, penjabaran yang tuntas dan penuturan yang baik. Marilah kita kenang betapa cantik cara Imam Syafi'i berbeda pendapat dengan guru maupun muridnya. Inilah berhimpunnya faqih dan taqwa.

Allah Ta'ala Yang Maha Tahu. Nasehati saya dengan kebenaran, kesabaran dan kasih-sayang. Tawashau bil haq, wa tawashau bish-shabr, wa tawashau bil marhamah.http://www.facebook.com/notes/mohammad-fauzil-adhim/tak-putus-berharap-kepada-allah/495847253797741

Kamis, Maret 21, 2013

#Si jodoh mana seeeh??? *

#Si jodoh mana seeeh??? *Si jodoh ada dia sedang mempersiapkan diri untuk menjemputmu. Lebih baik kamu juga perbanyak bekal agar nanti siap ketemu si jodoh. #Si Jodoh kok belum datang datang *Si jodoh akan datang dengan cara yang tepat, Waktu yang tepat, tempat yang tepat dan tentunya orang yang tepat, kalo belum datang ya sabar dulu, si jodoh akan datang Tepat waktu jadi kamu jangan terburu buru terbawa nafsu. #Aku mau jemput si jodoh ya *Tanpa di jemputpun kalau sudah waktunya si Jodoh akan menghampiri, berusaha untuk menjemput si jodoh itu wajib tapi dengan cara yang sudah di syariatkan agama, jangan berkilah berusaha menjemput si jodoh memakai cara yang haram yang tidak di benarkan syariat. #Kalo aku gak mengenal si jodoh dengan sendiri bagaimana aku tahu dia baik atau enggak?? *kalo ingin mengetahui baik buruknya si jodoh Kirim pamanmu, saudaramu atau murobimu yang bisa di percaya untuk mengetahui keseharian si jodoh, yakinlah dengan cara itu semua sifat baik,buruk dan keseharian si jodoh akan ketahuan aslinya. jangan jelajahi si jodoh dengan sendiri biasanya si jodoh suka berpura pura, dan banyak boongnya, yang terlihat cuma kebaikannya saja. #Tapi susah kalo gitu *Kalo diniatkan karena Allah ingin mendapatkan si jodoh orang baik dan cara yang baik ya memang begitu caranya, dan yakinlah Allah pun akan membantu, jangan bilang susah. kecuali memang niatnya ingin mencari yang haram ^pacaran dan sebagainya^ #Si jodoh belum datang, Pacaran Juga di larang terus Apa yang harus dilakukan? *Mendekatkan diri sama Allah agar hatimu tenang dan tidak Galau *memperbaiki diri agar dapat mendapat yang baik. *Berkumpul dengan Teman2 yang baik dan selalu mengingatkan *kepada Allah. *Jangan pikirkan terus si jodoh masih banyak yang masih harus di perbaiki dan dibenahi, Tunaikan saja kewajiban2 yang Allah perintahkan dulu, Yakin dah Allah lebih tahu yang engkau Butuhkan. #teori si gampang tapi kenyataannya susah banget tahu. *Ah itu mah memang gak niat ajah, jangan banyak Alasan deh. sekarang jadikan Allah sebagai landasan dan tujuan niscaya engkau akan di beri kemudahan dan jangan lupa selalu berdo'a agar dijauhkan dari keharaman. #akan di coba yah *Silakan coba, Hidup ini sudah ada aturannya kok tinggal pilih ajah mau aturan Allah atau mau suka suka sendiri bagi Allah gak ada ruginya sebab engkau sendiri yang akan nanggung akibatnya. Harus selalu diingat yah "Janganlah engkau mendekati ZINA :)

Jumat, Januari 25, 2013

Istighfar vs Jejaring Sosial

Kami sempat terkesima mendengar kata-kata Ustadz Armen Halim Naro, Lc. rahimahullah saat memotivasi tentang istighfar, beliau berkata, “Istighfar kita yang naik ke langit mencegah turunnya musibah ke bumi”. Ini membuat kami sedikit merenung mengenai diri kami dan kami mencoba untuk membaginya.

Fenomena Jejaring Sosial

Ternyata kami sangat jauh menerapkan hal ini. Setelah dipikir-pikir ada satu yang menjadi penyebabnya yaitu maraknya jejaring sosial seperti facebook, twitter, google+ dan lain-lain. Inilah membuat kami lalai dan sangat jauh dari kebiasaan orang-orang shalih dan ulama yaitu beristighfar di mana pun, kapan pun (tentu bukan di WC, toilet dll), mengucapkan “astagfirullah”,” allahummagfirli” di sela-sela waktu, di sela-sela kesempatan, di sela-sela kesibukan, ketika menunggu, ketika naik kendaraan, ketika berjalan kaki, ketika menanti jemputan dan ketika kita mampu mencuri sedikit waktu yang sangat mahal dalam berbagai kesibukan.

Para Salaf Mencuri Waktu untuk Beristighfar

Jika mengingat pesan para salaf (pendahulu) kita, maka kita sangat malu menisbatkan diri kepada mereka. Luqman pernah berpesan kepada anaknya,



يَا بُنِيَّ عَوِّدْ لِسَانَكَ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، فَإِنَّ لِلَّهِ سَاعَاتٍ لَا يَرُدَّ فِيهَا سَائِلًا

“Wahai anakku biasakan lisanmu dengan ucapan: [اللهم اغفر لي ] “Allahummaghfirli (Ya Allah, ampunilah aku)”, karena Allah memiliki waktu-waktu yang tidak ditolak permintaan hamba-Nya di waktu itu.”

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata,

أَكْثِرُوا مِنَ الِاسْتِغْفَارِ فِي بُيُوتِكُمْ، وَعَلَى مَوَائِدِكُمْ، وَفِي طُرُقِكُمْ، وَفِي أَسْوَاقِكُمْ، وَفِي مَجَالِسِكُمْ أَيْنَمَا كُنْتُمْ، فَإِنَّكُمْ مَا تَدْرُونَ مَتَى تَنْزِلُ الْمَغْفِرَةُ

”Perbanyaklah istighfar di rumah-rumah, meja-meja makan, jalan-jalan, pasar-pasar dan majelis-majelis kalian di manapun kalian berada. Karena kalian tidak tahu kapan turunnya pengampunan Allah”. (Jami’ Al-ulum wal hikam hal. 535, Darul Aqidah, Kairo, cet.1, 1422 H)

Belum lagi kisah Imam Malik rahimahullah yang mencuri waktunya yang sangat mahal. Ketika penyambung suaranya berbicara saat majelis kajian (saat itu belum ada pengeras suara, maka ada beberapa penyambung suara berbicara setelah imam Malik berbicara). Maka waktu longgar tersebut dimanfaatkan oleh beliau untuk beristighfar kepada Allah Ta’ala. Subhanallah, sungguh sangat jauh dari kebiasaan kita.

Bijak dalam Menyikapi Jejaring Sosial

Kami baru teradar bahwa facebook dan jejaring sosial menjadi penggantinya. Mungkin seperti ini rutinitasnya:

Setelah shalat Shubuh langsung buka laptop kemudian login, membuka-buka status yang sudah di update tadi malam (padahal statusnya kurang bermanfaat, sekedar curhat atau main-main).
Kemudian di tempat kerja, ada waktu istirahat sedikit, langsung buka facebook, update status saat kerja, terkadang status mengeluh dengan pekerjaan, membicarakan atasan, membicarakan hal-hal yang kurang penting.
Sore hari setelah istirahat juga langsung buka facebook, mencari-cari berita terbaru dari link-link yang ada. Awalnya berniat membuka link-link bermanfaat. Akan tetapi ada juga yang friend yang menaruh link kurang bermanfaat, rasa penasaran muncul akhirnya sibuk dengan hal yang kurang bermanfaat. Atau akhirnya terlalu sibuk mengikuti perkembangan politik dan artis. “Kasus ini, kasus itu, skandal ini, skandal itu”. Boleh sekedar tahu tetapi terkadang kita terjerumus rasa penasaran akhirnya terlalu mengikuti dan lalai. Padahal jika mendengar kasus-kasus tersebut kebanyakan kita sakit hati dengan kasus-kasus korupsi, ketidakadilan hukum dan kriminalitas yang telalu bebas disiarkan.
Maghribnya juga terkadang ada saja yang buka update status.
Kemudian ba’da Isya menjelang tidur, buka facebook lagi, mencurahkan uneg-uneg, kejadian dan pengalaman selama sehari, terkadang status yang bisa menghapus pahala kita karena riya’, seperti kita sudah melakukan ibadah ini dan itu, baru selsai buka puasa sunnah dan lain-lainnya.

Jika seperti ini, kapan kita menuntut ilmu, berdakwah, waktu untuk keluarga, bersosialisasi dengan masyarakat dan beramal? Memang berniat menuntut ilmu di dunia maya, tetapi menuntut ilmu di dunia nyata waktunya harus lebih banyak, jelas berbeda keutamaannya menghadiri majelis ilmu. Memang berniat berdakwah di dunia maya, tetapi berdakwah di dunia nyata porsinya harus lebih besar, kepada orang tua, kerabat dan lain-lain.

Terkadang ada beberapa orang yang terkesan sangat shalih dan alim di facebook, sangat sering update status agama, sangat sering berbicara agama, memberi link-link tentang shalat malam, tentang menuntut ilmu padahal di dunia nyata ia malah jarang atau tidak menerapkannya. Tetapi kita perlu husnudzon juga, karena ada mereka yang memang kerjanya berhubungan dengan dunia internet seperti ahli IT dan dagang via internet. Jadi mereka sangat memanfaatkan kesempatan tersebut.

Jauh sebelumnya para ustadz sudah memberi peringatan tentang hal ini. Kita lihatlah pada para ustadz yang punya akun facebook, mereka lebih sibuk menuntut ilmu dan berdakwah di dunia nyata.

Terkadang Lebih Baik HP Tidak Ada Jaringan Internetnya

Terkadang mungkin ini lebih baik jika tidak terlalu perlu misalnya untuk bisnis dan perdagangan. HP yang mudah dibawa kemana-mana menyebabkan kita dengan mudahnya membuka jejaring sosial seperti facebook. Sehingga sela-sela waktu malah kita gunakan untuk buka facebook, update status dan comment. Padahal hal itu kurang terlalu penting. Misalnya, saat pecah ban motor, update status via blackberry: “Ban motor pecah dijalan ini, bersama @fulan, Alhamdulillah dekat ama tambal ban”. Kemudian menunggu ada yang comment dan saling balas-balasan.

Memang ini adalah hal yang mubah. Akan tetapi alangkah baiknya jika ketika menunggu kita gunakan untuk beristighfar dan berdzikir. Merenungkan apa dosa kita dan kesalahan kita hari ini sampai ban motor bisa pecah sehinga manghambat perjalanan.

Ketahuilah, semua musibah, kesusahan dan kesedihan sekecil apapun itu adalah akibat dosa kita karena kita lalai bertaubat dan beristighfar.

Mengenai ayat,

يَعْمَلْ سُوءاً يُجْزَ بِهِ

“Barangsiapa yang mengerjakan kejelekan, niscaya akan diberi pembalasan dengannya.” (QS. An-Nisa’:123).

Qotadah rahimahullah berkata,

لا يصيب رجلا خدشٌ ولا عثرةٌ إلا بذنب

“Tidaklah seseorang terkena goresan (ranting) atau tersandung melainkan akibat dosa yang ia perbuat”. (Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Quran 9/236 , Al-Qurthubi, Muassah Risalah, cet.1, 1420 H)

Jangan Melalaikan dan Meremehkan Istighfar

Kita jangan meremehkan istighfar, karena sekedar lafaz yang terucap saja. Karena dari istighfar inilah bermula hakikat penghambaan terhadap Allah, yaitu hati remuk-redam, bersedih mengingat dosa-dosa yang pernah diperbuat setiap harinya. Banyak ilmu dan amal yang belum kita ketahui, kemudian banyak ilmu yang sudah kita ketahui tidak kita amalkan, belum lagi maksiat yang kita lakukan. Kemudian berbelas-belas memohon ampun kepada Allah, memohon dikasihani, kemudian berjanji akan beramal kebaikan setelahnya untuk membalas dan menghapus dosa yang kita perbuat.

Demikianlah hakikat penghambaan, apakah kita beribadah sambil tertawa? Sambil bermain-main? Sambil bergembira ria? Tidak, tetapi hati yang tunduk, merendah, menangis dan berlinanglah air mata karena Allah.

Setelah itu barulah hati bergembira karena teringat janji Allah subhana ta’ala melalui lisan rasul-Nya,

عَيْنَانِ لاَ تَمُسُّهُمَا النَّارُ: عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

“Dua mata yang tidak akan disentuh oleh api Neraka: (pertama) mata yang menangis karena takut kepada Allah Subhanahu wata’ala, (kedua) mata yang bermalam dalam keadaan berjaga di jalan Allah Subhanahu wata’ala.” (HR. At-Tirmidzi no. 1639, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmidzi dan Al-Misykat no. 3829)

Dan hadist,

سبعةيظلّهم اللّه فى ظلّه يوم لاظلّ الاّظلّه ورجل ذكراللّه خالياففاضت عليناه

“Ada tujuh orang yang akan dinaungi oleh Allah Subhanahu wata’ala dalam naungan-Nya pada hari yang tiada naungan melainkan naungan-Nya sendiri”,….Orang yang mengingat pada Allah Subhanahu wata’ala di waktu keadaan sunyi lalu berlinanglah airmata dari kedua matanya.” (Muttafaq ‘alaih)

Menangis karena Allah tidak bisa dibuat-buat. Kita tidak bisa menangis begitu saja tiba-tiba dalam keadaan sunyi (tanpa pengaruh musik melankolis dan pengaruh karena menangis ramai-ramai seperti di televisi). Tidak akan bisa menangis karena Allah tanpa proses mengakui kesalahan dan istighfar sebelumnya. Dan tangisan karena tidak bisa muncul kecuali dari hati hanif lagi menghamba.

Perlu diperhatikan juga bahwa tangisan karena Allah sebaiknya disembunyikan, jangan menampakan kesedihan bersama manusia sebagaimana kesalahan yang sering kita lihat ditelevisi. Oleh karena itu kita perlu memilih waktu yang tepat.

Istighfar Membuat Kehidupan Menjadi Mudah

Allah Ta’ala berfirman,

وَأَنِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُم مَّتَاعاً حَسَناً إِلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى

“Dan hendaklah kamu meminta ampun [istighfar] kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan.” (QS. Hud: 3)

Syaikh Muhammad Amin As-Syinqiti berkata menafsirkan ayat ini,

وَالظَّاهِرُ أَنَّ الْمُرَادَ بِالْمَتَاعِ الْحَسَنِ: سَعَةُ الرِّزْقِ، وَرَغَدُ الْعَيْشِ، وَالْعَافِيَةُ فِي الدُّنْيَا، وَأَنَّ الْمُرَادَ بِالْأَجَلِ الْمُسَمَّى: الْمَوْتُ

“Pendapat terkuat tentang yang dimaksud dengan kenikmatan adalah rizki yang melimpah, kehidupan yang lapang dan keselamatan d idunia dan yang dimaksud dengan waktu yang ditentukan adalah kematian.” (Adhwa’ul Bayan 2/170, Darul Fikr, Libanon, 1415 H, Asy-Syamilah)

Kemudian istighfar juga membuat musibah tidak jadi turun, kemudian jika turun memudahkan kita menghadapinya, dan segera bisa menghilangkan musibah tersebut.

Imam Al-Qurthubi rahimahullah menukil dari Ibnu Shubaih dalam tafsirnya , bahwasanya ia berkata,

شَكَا رَجُلٌ إِلَى الْحَسَنِ الْجُدُوبَةَ فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَشَكَا آخَرُ إِلَيْهِ الْفَقْرَ فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَقَالَ لَهُ آخَرُ. ادْعُ اللَّهَ أَنْ يَرْزُقَنِي وَلَدًا، فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. وَشَكَا إِلَيْهِ آخَرُ جَفَافَ بُسْتَانِهِ، فَقَالَ لَهُ: اسْتَغْفِرِ اللَّهَ. فَقُلْنَا لَهُ فِي ذَلِكَ؟ فَقَالَ: مَا قُلْتُ مِنْ عِنْدِي شَيْئًا، إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ فِي سُورَةِ” نُوحٍ”

”Ada seorang laki-laki mengadu kepadanya Hasan Al-Bashri tentang kegersangan bumi maka beliau berkata kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!”, yang lain mengadu kepadanya tentang kemiskinan maka beliau berkata kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” yang lain lagi berkata kepadanya,”Doakanlah (aku) kepada Allah, agar Ia memberiku anak!” maka beliau mengatakan kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” Dan yang lain lagi mengadu tentang kekeringan kebunnya maka beliau mengatakan pula kepadanya,”beristighfarlah kepada Allah!” Dan kamipun menganjurkan demikian kepada orang tersebut. Lantas Hasan Al-Bashri menjawab: ”Aku tidak mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Tetapi sungguh Allah telah berfirman dalam surat Nuh.” (Jami’ Liahkamil Quran 18/302, Darul Kutub Al-Mishriyah, kairo, cet. Ke-2, 1348 H, Asy-Syamilah)

Yang dimaksudkan oleh Al Hasan Al Bashri adalah ayat berikut ini,

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)

“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun-, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS. Nuh: 10-12). Dengan istighfar dapat menyebabkan datangnya banyak kebaikan.

Jangan Lalai Juga Berdzikir

Kita sepertinya lupa juga dengan anjuran berdzikir, padahal ini adalah perbuatan yang sangat mudah.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

“Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). (HR. Bukhari no. 6682 dan Muslim no. 2694)

Kemudian balasan dzikir sederhana yang dapat berbuah pahala besar dapat kita lihat pada hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحر.رواه البخاري و مسلم.

“Barangsiapa yang mengucapkan: “Subahnallah wa bihamdihi “di dalam sehari 100 kali, dihapuskan dosa-dosanya walaupun seperti buih dilautan”. [HR. Bukhari, no. 5926 dan Muslim, no. 4857]

Perhatikan, hanya sekitar 3-5 menit untuk membacanya 100 kali, dosa kita terhapus semuanya. Untuk facebook dan twiter ketika menunggu tembel ban misalnya, kita habiskan sampai 20 menit.

Terbukti, Kuatnya Pengaruh Dzikir

Bagi yang sudah terbiasa berdzikir dan merasakan nikmatnya, maka ia adalah kebutuhan pokok seorang hamba dalam kehidupan sehari-hari. Ia adalah kekuatan yang memudahkan kita melaksanakan berbagai ketataan dan mejaga kita dari keburukuan. Seolah-olah ada yang kurang jika tidak berdzikir. Dzikir pagi-petang sebagai tempat pengisiannya.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah memaparkan bagimana pengaruh dzikir terhadap hamba berdasarkan pengamatannya langsung terhadap guru beliau Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah,

أن الذكر يعطي الذاكر قوة، حتى إنه ليفعل مع الذكر ما لم يظن فعله بدونه، وقد شاهدت من قوة شيخ الإسلام ابن تيمية في سننه وكلامه وإقدامه وكتابه أمراً عجيباً، فكان يكتب في اليوم من التصنيف ما يكتبه الناسخ في جمعه وأكثر، وقد شاهد العسكر من قوته في الحرب أمراً عظيماً

“Sesungguhnya bacaan dzikir memberikan kepada pelakunya kekuatan.sampai-sampai ia mampu melakukan pekerjaan yang tidak mungkin dilakukan bila tanpa berdzikir. Sungguh saya menyaksikan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam perilaku, ucapan, keberanian dan karya tulisnya sesuatu yang menakjubkan. Dahulu, beliau menulis dalam sehari sama dengan orang yang cuma menyalin bahkan beliau bisa mengalahkannya lebih dari itu. Dara pasukan juga telah mengakui keberanian beliau dalam peperangan yang luar biasa.” (Al-Wabilus Shayyib min Kalamith Thayyib hal. 77, Darul Hadist, kairo, cet. Ke-3, Asy-Syamilah)

Hanya berdzikir mengingat Allah hati kita menjadi tenang, jika masih saja tidak tenang padahal sudah berdzikir, ketahuilah hati kita mungkin sedang sakit, sehingga perlu keseriusan dan terus menerus berdzikir.

Allah Ta’ala berfirman,

الَّذِينَ آمَنُواْ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللّهِ أَلاَ بِذِكْرِ اللّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Hendaklah kita bijak menggunakan waktu kita yang sangat mahal, seorang ulama berkata kepada mereka yang sedang duduk-duduk [sekedar nongkrong] bahwa ia ingin sekali membeli waktunya. Belum lagi para ulama yang tidur sehari hanya sekitar empat jam saja. Karena tugas kita sangat banyak dalam dakwah maka hendaknya menjual mahal terhadap waktu.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ: الصِّحَّةُ وَالفَرَاغُ

“Dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh sebagian besar manusia yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang”. (HR. Bukhari no.6412)

Semoga bermanfaat bagi kaum muslimin. Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.

Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid, 26 Syawwal 1432 H.

Semoga Allah meluruskan niat kami dalam menulis



Penulis: Raehanul Bahraen
Muroja’ah: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel Muslim.Or.Id