Senin, Desember 19, 2011

Seberapa Pantas Kau untuk Ku Nantikan, akhi?

Bismillahirrahmanirrahim..
Akhi..Penantian panjang untuk menunggu akan aku lewati hanya untukmu, meski seribu kebimbangan menghantuiku, meski ribuan keraguan menjelma atas janjimu.
Aku hanya takut, benarkah kau pantas untuk ku nanti?
Akhi..Ku sembunyikan hati ini untuk memilih menantimu karena ku tahu aku sangat mencintaimu. Namun bukan berarti cinta ini mampu membutakanku agar aku menerima ketikdak pastian.
Aku hanya tak tahu, benarkah kau pantas untuk ku nanti?
Akhi..Senyumku ini akan ku leburkan bersama dakwah bersama pendamping yang mampu menuntunku pada Illahi. Bagaimana aku sanggup untuk tahu bahwa kau adalah seorang yang tepat untukku, sedangkan kau sendiri pun tak tahu.
Berilah aku jawaban, benarkah kau pantas untuk ku nanti?
Akhi..Bersamamu ku sadari hati ini ingin menetap, hingga waktu memberiku jawaban bahwa kau adalah pemilik hati ini. Namun sadarilah, bila aku harus tetap menanti sedangkan kau pun tak tahu sampai kapan aku harus menanti, hati terus mengusik kesadaranku.
Maka pastikanlah jawabanmu, benarkah kau pantas ku nanti?
Bila kau memang pantas aku nantikan, ijinkan aku memintamu untuk segera meminang ku dalam kesendirian. Jangan biarkan aku dalam ragu, yakinkanlah hatiku.
Bila kau memang pantas aku nantikan, segera palingkan aku dalam kepahitan janji. Besegeralah datangi kedua orang tuaku, jangan kau terus biarkan aku menanti dengan alasan-alasan yang tak pernah aku mengerti.
Bila kau memang pantas aku nantikan, biarkan cinta yang ada di hatimu tersimpan rapat sebelum kau halalkan aku. Jangan kau impikan aku dengan cintamu.
***
Harapan yang diberikan kadang memang lebih besar daripada apa yang mampu dijalani, apalagi bila kekasih hati pujaan jiwa yang memberikan. Atas nama cinta, seribu tahun pun mau menanti asal bisa dimiliki sang kekasih.
Aduh ukhti..sadarilah, sudah beberapa kali saya membuat sebuah torehan tentang mirisnya hati ini bila masih ada seorang muslimah yang mau menanggung ketidakpastian. Semua hanya atas dasar cinta bersulam janji.
Baru diberi SmS rayuan, chat gombal, pesan yang melayang-layangkan hati, kamu sudah mau meruntuhkan izzahmu, kehormatanmu yang kamu selalu gadang-gadangkan. Tapi dihadapan ikhwan genit yang suka mengobral janji, kamu sudah tertunduk mengangguk.
Ukhti fillah, jagalah hatimu karena syetan selalu mengintai hidupmu. Bukankah saya sudah sering torehkan dalam tulisan sebelumnya, bila memang ada seorang ikhwan yang serius padamu, dia tidak akan mampu mengumbar cintanya padamu. Justru dia akan menjaga cintanya dan cintamu sampai kamu halal baginya.
Kalaupun ikhwan itu belum sanggup meminangmu, dia tidak akan mengobral janji-janji yang membuatmu terhanyut. Yakinlah ukhti, Allah Azza Wa Jalla tak akan membiarkanmu dalam kesendirian, jadi sadarilah, dia akan datang di saat yang tepat untukmu.
Namun sebelum dia datang dan pada akhirnya kamu tautkan cinta dan pengabdianmu padanya, jagalah hatimu untuknya agar dia menjaga hatinya untukmu. Jagalah kehormatanmu agar dia pun menjaga kehormatannya sampai kalian dipertemukan kelak. Insyaallah dalam naungan yang bernama pernikahan.
Wallahu a’lam bish shawwab.

http://www.bukanmuslimahbiasa.com/2011/08/seberapa-pantas-kau-untuk-ku-nantikan-akhi.html

Minggu, Desember 11, 2011

Pria Yang Tidak Lalai Mengingat Allah

Inilah sifat pria yang tidak lalai dari mengingat Allah. Kesibukan dunia mereka tidak membuat mereka berpaling dari ketaatan dan perintah Allah. Perdagangan dan jual beli pun tidak membuat mereka jauh dari Allah. Ketika ada panggilan shalat, mereka pun memenuhi panggilan tersebut. Dan lisan mereka tidaklah lepas dari dzikrullah.
Allah Ta’ala berfirman,
رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (QS. An Nur: 37)
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menerangkan,
Ia adalah pria yang dunianya tidak membuatnya jauh dari Rabbnya. Sama sekali kesibukan perniagaan dan mencari nafkah tidaklah mempengaruhinya. Tijaroh (perniagaan) di sini mencakup segala bentuk perdagangan untuk meraih upah. Sedangkan bai’ (jual beli) adalah bentuk lebih khusus dari perniagaan. Karena dalam perniagaan lebih banyak ditemukan transaksi jual beli. Pujian pada pria di sini bagi mereka yang berdagang dan melakukan jual beli, dan asalnya perbuatan tersebut tidaklah terlarang. Meskipun tidak terlarang, akan tetapi hal-hal tadi tidaklah mempengaruhi mereka dari mengingat Allah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Bahkan mereka menjadikan ibadah dan ketaatan pada Allah sebagian tujuan hidup mereka. Jadi perdagangan tadi tidaklah sama sekali menghalangi mereka menggapai ridho Allah.
Namun hati kebanyakan orang adalah sangat menaruh perhatian pada dunia. Mereka sangat mencintai penghidupan mereka. Dan sangat sulit mereka –pada umumnya- meninggalkan dunia mereka. Bahkan mereka pun bersusah payah hingga meninggalkan kewajiban pada Allah. Berbeda dengan yang disebutkan dalam ayat ini, mereka begitu takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. Karena mengingat kegoncangan hari kiamat tersebut, akhirnya mereka pun semakin mudah beramal dan meninggalkan hal yang melalaikan mereka dari Allah. (Taisir Al Karimir Rahman, 569)
Yang dimaksud dengan dzikir pada Allah (dzikrullah) dalam ayat di atas, ada tiga pendapat:
  1. Shalat lima waktu
  2. Mengerjakan hak Allah
  3. Dzikir pada Allah dengan lisan.
Sedangkan yang dimaksud dengan menegakkan shalat adalah mengerjakan tepat waktu dan menyempurnakannya. (Lihat Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi)
Sa’id bin Abul Hasan dan Adh Dhohak berkata,
لا تلهيهم التجارة والبيع أن يأتوا الصلاة في وقتها
“Yang dimaksud ayat tersebut adalah perniagaan dan jual beli tidaklah membuat mereka lalai dari mendatangi shalat tepat pada waktunya.”
Mathor Al Warroq berkata,
كانوا يبيعون ويشترون، ولكن كان أحدهم إذا سمع النداء وميزانُه في يده خفضه، وأقبل إلى الصلاة.
“Yang dimaksud ayat tersebut adalah mereka biasa melakukan jual beli. Akan tetapi jika mereka mendengar adzan lalu timbangan dagangan mereka berada di tangan mereka, mereka pun meninggalkannya. Lalu mereka memenuhi panggilan shalat.”
As Suddi mengatakan mengenai ayat tersebut,
عن الصلاة في جماعة
“Mereka tidak lalai dari shalat jama’ah” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 10: 252-253)
Dalam ayat di atas disebutkan,
تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
“Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”. Yaitu hati mereka dalam keadaan khawatir apakah mereka akan selamat ataukah celaka. Dan penglihatan mereka pun kebingungan melihat kiri dan kanan. (Tafsir Al Jalalain)
Ayat di atas serupa dengan ayat,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al Munafiqun: 9)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al Jum’ah: 9)
Apa balasan Allah pada laki-laki yang punya sifat demikian?
لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
(Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. An Nur: 38). Jika disebut seseorang berinfak tanpa batas, maksudnya karena saking banyaknya sehingga infak yang diberikan tidak bisa dihitung (Lihat Tafsir Al Jalalain).
Ya Allah, jadikanlah kami seperti yang disebutkan dalam ayat ini.
Semoga perdagangan dan kesibukan kami mencari nafkah tidak membuat kami lalai dari mengingat Allah, shalat pada waktunya dan kewajiban lainnya. Semoga lisan ini pun dimudahkan untuk selalu sibuk dengan dzikir mengingat Allah di kala waktu senggang dan waktu sibuk.
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

@ Sabic Lab, Riyadh KSA, 4 Muharram 1432 H

http://www.rumaysho.com/belajar-islam/tafsir-al-quran/3616-pria-yang-tidak-lalai-dari-mengingat-allah.html

Jumat, Desember 09, 2011

from Mario Teguh

Engkau yang rindu untuk dirindukan, dengarlah ini …

Namamu akan menjadi suara yang merdu di telinga sesamamu, jika engkau menyebut nama sesamamu dengan penghormatan dan kasih sayang.

Sesamamu rindu mendengar suaramu, jika yang kau katakan adalah yang baik tentang dan bagi mereka, dan engkau mengatakannya dengan kelembutan yang kau pantaskan bagi bayi yang baru kau terima dari Tuhan.

Mereka rindu melihat wajahmu, jika engkau menghiasinya dengan senyum yang mewakili keluasan hatimu untuk menerima kekurangan dan merayakan kehebatan mereka.

Mereka rindu menggenggam erat tanganmu, jika sentuhanmu meneruskan doa dari hatimu ke hati sesamamu.

Dan sesamamu merindukan kehadiranmu, jika engkau membantu mereka berdamai dengan masa lalu mereka, mensyukuri hidup mereka hari ini, dan bersemangat menyambut kemungkinan baik mereka di masa depan.

Jika itu semua yang kau ikhlaskan menjadi kualitas dirimu, maka itulah yang juga dirindukan oleh Tuhanmu - agar engkau menjadi rahmat bagi sesamamu.

Dengannya, engkau menjadi sebaik-baik manusia, yang menjadi hadiah Tuhan bagi kebahagiaan sesamamu dan pelestarian keindahan alam.

Aamiin

Kamis, Desember 01, 2011

Salahkah Seorang Ikhwan Memilih Calon Istri yang Cantik?

Kecantikan tetap merupakan daya tarik yang memikat setiap lelaki di dunia ini. Wajarlah jika para produsen menggunakan jasa wanita cantik untuk melariskan barang dagangan mereka dan memang tak bisa dipungkiri! Begitupula masalah memilih pasangan hidup tentu setiap lelaki memiliki kriteria tertentu tentang calon istri yang akan di nikahinya. Kalau mau jujur dalam setiap kriteria itu diantara salah satunya adalah menginginkan calon istrinya berwajah cantik atau sedap dipandang mata, tidak membosankan. Salahkah bila seorang ikhwan menghendaki atau menginginkan seorang istri yang cantik?
Wahai ukhti saudariku,.. jangan bersungut dahulu menyalahkan si ikhwan yang berselera demikian. Karena pernikahan itu sendiri adalah ibadah, terkadang iman akan naik dan turun. Tentunya sangat membutuhkan sebab-sebab yang dapat merekatkan tali pernikahan dimasa mendatang. Bila kecantikan adalah merupakan daya tarik bagi si ikhwan itu yang nantinya akan mengekalkan hubungan percintaan (pernikahan)dan kasih sayangnya kepada wanita yang akan di nikahinya maka islam tidaklah melarangnya. Karena ia adalah fitrah atau naluri yang Allah subhanahu wata’ala ciptakan untuk manusia. Coba kita simak hadits berikut ini, dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu alaihi wassalam beliau bersabda:
“wanita itu biasa dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena kemuliaan keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah yang beragama, karena kalau tidak niscaya engkau akan merugi”1
Kemudian marilah kita simak penjelasan fiqh hadits diatas:2
Dalam hadits diatas menjelaskan kepada kita tentang adat atau kebiasaan laki-laki menikahi wanita karena salah satu dari empat perkara diatas.Yaitu diantara mereka mengutamakan (cenderung) kepada harta, kemulian keturunannya (nasabnya), kecantikannya, dan karena agama si wanita tersebut.Kemudian Nabi kita yang mulia memberikan petunjuk kepada kita agar memilih yang tertinggi dan termulia yang akan memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat yaitu pilihlah yang beragama.Yaitu pilihlah wanita karena keshalihahannya.
Tetapi hal ini tidak berarti bahwa laki-laki tidak boleh memilih wanita yang cantik dan seterusnya. Tidak demikian! Ini adalah sebuah kesalahan di dalam memahami hadits. Akan tetapi maksudnya -Insya Allah- seperti ini:
Misalnya ada seorang laki-laki memilih wanita yang cantik parasnya. Kemudian dia melihat apakah pilihannya seorang wanita shalihah? Kalau jawabannya adalah: ‘ya’ maka dia boleh melanjutkan pilihannya. Kiaskanlah dengan keistimewaan yang lainnya! Tetapi kalau jawabannya ‘tidak’, maka dia dihadapkan kepada dua pilihan yang salah satunya harus dia tentukan dan tetapkan. Kalaupun dia melanjutkan pilihannya berarti dia telah mendahulukan kecantikan dari keshalihan.Kalaupun dia membatalkan pilihannya berarti dia telah mendahulukan keshalihan (agama) dari kecantikan. Atau ketika akan memilih dia menentukan sesuai dengan apa yang dia mau atau sesuai dengan seleranya misalnya: “Saya akan memilih wanita yang cantik, yang tinggi, yang putih, yang begini dan begitu dan seterusnya.” Pilihan yang seperti ini dibolehkan dan agama tidak pernah melarangnya.Karena memang berjalan dengan fitrah manusia. Oleh karena itu Nabi kita shalallahu alaihi wassalam mengatakan: “Wanita itu biasa dinikahi karena empat perkara…”
Akan tetapi tetap saja penentuan akhirnya ada pada agama si akhwat tersebut, sebagaimana sabda Nabi mengakhiri dan menutup sabdanya: Maka pilihlah yang beragama! Maksudnya janganlah kau kalahkan agamamu dengan segala kecantikan dan harta benda duniawi. Padahal sebaik-baik kesenangan, kemewahan, harta benda dunia adalah wanita shalihah. Kalau pilihanmu jatuh pada wanita shalihah berarti engkau telah memiliki harta benda dan kesenangan dunia yang terbaik. Istimewa kalau wanita shalihah pilihanmu itu seperti yang kau ingini. Hukum ini juga berlaku bagi setiap muslimah yang akan menjatuhkan pilihannya kepada laki-laki muslim.
Setelah tahu penjelasan hadits diatas tentu kita melihat betapa indahnya islam sejalan dengan fitrah manusia. Karena kecenderungan merupakan hak mutlak bagi setiap pasangan yang akan menikah untuk mengekalkan hubungan mereka maka islampun menganjurkan agar mereka melihat (nazhar) hal-hal yang dapat membuat mereka tertarik untuk segera menikah dan salah satunya adalah faktor kecantikan yang dimana terkadang sangat mempengaruhi hati atau hasrat seorang laki-laki untuk segera menikahi wanita yang telah dilihatnya. Wallahu ‘alam.
Sumber:
- Al Masail Masalah-masalah Agama jilid 7, Abdul hakim Abdat, Darus Sunnah, Jakarta, 2006.
- Fiqh Wanita, Syaikh Kamil Uwaidah, Pustaka Kautsar.
Artikel ini telah di muraja’ah oleh ustadz Eko Haryanto Lc (Abu Ziyad)
http://jilbab.or.id/archives/526-salahkah-seorang-ikhwan-memilih-calon-istri-yang-cantik/#more-526

Kiat Mendidik Anak Agar Sholeh Dan Sholehah insha Allah


“A-úthu billáhi minash shaytánir rajeem. Bismilláhir rahmánir raheem

Menulis di atas kertas yang sudah penuh dengan noda dan coretan tentunya akan sangat sulit daripada menulis di atas kertas putih yang masih polos. Kita akan dapat menulis, menggambar, dan memberinya warna dengan mudah, sesuai dengan keinginan kita.” Dalam sebuah riwayat telah dikatakan bahwa ada tiga macam amal yang tidak akan pernah terputus pahalanya, yaitu shodaqoh jariyah, anak yang sholih, dan ilmu yang bermanfaat.
Merujuk pada kandungan hadits tersebut, satu poin yang cocok dengan tema kita dalam rubrik panduan kita keluarga kali ini adalah “kiat mendidik anak agar menjadi sholih atau sholihah”.
Coba anda bayangkan sejenak, bagaimanakah jadinya hari-hari anda, hidup anda, masa tua anda, bahkan nasib anda setelah meninggalkan dunia ini, jika memiliki seorang anak yang bermoral bejat, durhaka kepada Alloh dan orang tua. Na’udzubillah! Tentunya hari-hari dalam kehidupan keluarga anda akan jauh dari keharmonisan. Mungkin setiap hari anda akan berteriak-teriak, marah-marah, makan hati karena melihat tingkah laku anak anda yang suka berjudi, berkelahi, minum-minuman keras, pecandu narkoba, dan segala tingkah laku yang menyimpang dari syariat islam.
Dan Insya Alloh akan lain keadaan yang anda rasakan, jika memiliki seorang anak yang sholih atau sholihah. misalnya Yang laki-laki hobi ke masjid untuk sholat berjama’ah, yang perempuan rajin mengaji dan membantu orang tua, keduanya mengerti akan tugas-tugasnya sebagai seorang pelajar, rajin mendo’a kan kedua orang tuanya, dan tidak pernah menyakiti hati kedua orang tuanya baik dengan sikap maupun tutur katanya. Kalau sudah begitu…siapa yang tidak mendambakan memiliki anak yang sholih atau sholihah?
Dalam hal ini ada sebuah peribahasa yang mengatakan “Menuntut ilmu di masa muda bagai mengukir di atas batu, menuntut ilmu di masa tua bagai mengukir di atas air”.
Bila kita mengharapakan seorang anak yang sholih atau sholihah, hendaknya semua itu dapat kita perjuangkan sejak dini. Beri ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang agama islam kepada anak sejak dini. Karena, pada usia dini seorang anak laksana kertas putih yang belum bernoda setitikpun, sehingga akan mudah bagi kita untuk menulisinya dengan kalimat-kalimat islami dan Robbani di atasnya. Lain halnya jika kita baru mulai memberikan pendidikan di usianya yang sudah mulai dewasa, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk berhasil, namun tentunya hal tersebut akan jauh lebih sulit dan hasilnyapun jauh lebih sedikit atau bahkan nihil. Hal ini terjadi karena pada usia yang telah dewasa, kertas putih tadi biasanya sudah penuh dengan titik-titik, garis-garis, bahkan kata dan kalimat yang beraneka bentuk, makna dan warna. Menulis di atas kertas yang sudah penuh dengan noda dan coretan tentunya akan sangat sulit daripada menulis di atas kertas putih yang masih polos. Kita akan dapat menulis, menggambar, dan memberinya warna dengan mudah, sesuai dengan keinginan kita.
Untuk itu, langkah terbaik agar menjadikan seorang anak menjadi sholih atau sholihah hendaknya dilakukan sejak dini. Saat memorinya belum terkontaminasi dengan pengaruh-pengaruh negatif. Anda dapat mulai membiasakan beberapa hal berikut kepada diri dan anak anda sejak dini:
Pertama, Bangunkan shubuh sejak balita
Bangun pada waktu shubuh adalah sebuah aktivitas yang sangat berat bagi orang-orang yang tidak biasa untuk melakukannya. Untuk itu, membiasakan membangunkan anak pada waktu shubuh sejak balita adalah langkah terbaik untuk menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan.
Kedua, Berikan lingkungang pergaulan dan pendidikan yang islami
Sebab Lingkungan dan pergaulan adalah salah satu faktor penting dalam pembentukan karakter seorang anak. Maka, dalam hal ini anda dapat memulainya dengan mengirimkan anak anda ke TPA atau Taman Pendidikan Al-Qur’an atau mengikuti kursus-kursus islam di Masjid dan sebagainya.
Ketiga, Jangan egois!
Sebagai Orang tua, kita adalah teladan yang pertama bagi anak, maka jadilah teladan yang terbaik bagi anak anda. Jangan bersikap egois. Jangan hanya memerintahkan anak anda untuk mengaji atau pergi sholat berjama’ah, sedangkan anda tidak melakukannya. Karena hal tersebut akan menimbulkan pembangkangan kepada anak, minimal secara kejiwaan.
Keempat, Perkenalkan batasan aurat sejak dini
Umumnya, cara berpakaian kita saat ini adalah kebiasaan yang sudah kita bawa sejak kecil. Seorang anak terutama wanita, dibiasakan menggunakan pakaian yang ketat, dibiasakan berpakaian tanpa jilbab, maka hal tersebut akan terbawa hingga remaja dan dewasa. Kebiasaan ini akan sangat sulit sekali untuk merubahnya. Dengan alasan gerah, panas, nggak nyaman, ribet, nggak gaul, nggak PD, dan dengan seribu alasan lainnya mereka akan menolak penggunaan pakaian yang menutup aurat.
Jika kita memperkenalkan batasan aurat kepada anak kita dan membiasakannya untuk menggunakan pakaian yang menutup aurat sejak dini, insya Alloh keadaannya akan berbalik. Ia akan merasa berdosa, malu, nggak nyaman, bersalah, dan menolak untuk beralih ke pakaian-pakaian yang tidak menutup aurat. Ia akan berpikir seribu kali, bahkan tidak terpikir sekalipun dan sedikitpun untuk melakukannya.
Kelima, Selalu membawa perlengkapan sholat
Maksudnya, ajarkan kepada anak untuk selalu membawa perlengkapan sholat kemanapun mereka pergi sekiranya akan melewati masuknya waktu sholat.
Keenam, Jauhkan anak dari mendengarkan musik dan menyaksikan acara di Televisi
Maksudnya, jauhkanlah anak dari mendengarkan musik atau lagu seperti lagu-lagu picisan, rock, barat, dan lain-lain. Maksimalkan membaca Al-Qur’an, mendengarkan kaset murottal, mendengarkan kaset ceramah.
Hendaknya, orang tua juga menghindarkan anaknya dari televisi, alihkan mereka pada tontonan yang lebih mendidik melalui kaset kaset CD atau MP3 dan DVD yang mengajarkan keislaman dan ilmu pengetahuan umum.
Ketujuh, Ajarkan nilai-nilai islam secara langsung
Ajarkan nilai-nilai islam yang anda kuasai secara langsung kepada anak anda sejak dini. Sampaikan dengan bahasa-bahasa yang menarik, misalnya melalui sebuah cerita.
Ke delapan, Bacakan hadits Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ayat Al-Qur’an
Bacakan hadits Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ayat Al-Qur’an, sesuai dengan kadar kemampuan si anak. Hubungkan hadits dan ayat Al-Qur’an ketika kita memberikan nasihat atau teguran mengenai perilakunya sehari-hari.
Ke sembilan, Jadilah sahabat setia baginya
Perkecil sikap menggurui kepada anak, bersikaplah sebagai seorang sahabat dekatnya. Jadilah tempat curhat yang nyaman, sehingga permasalahan anak tidak akan disampaikan kepada orang yang salah, yang akhirnya akan memberikan solusi yang salah pula.
Kesepuluh, Ciptakan nuansa kehangatan
Nuansa hangat dan harmonis dalam keluarga akan memberikan kenyamanan bagi seluruh anggotanya, termasuk anak. Hal ini akan memperkecil masuknya pengaruh buruk dari luar kepada anak. Ia tidak akan mencari tempat diluar sana yang ia anggap lebih nyaman dari pada di rumahnya sendiri.
Dan Yang terakhir, Sampaikan dengan bijak, sabar, dan tanpa bosan
Ingat! Yang sedang anda bentuk adalah makhluk bernyawa, bukan makhluk yang tidak bernyawa. Maka sampaikan semuanya dengan penuh kesabaran, kebijaksanaan, dan jangan pernah merasa bosan untuk mengulangnya. Jangan menggunakan kekerasan, dan hindari emosi yang akan membuat anak sakit hati.
Demikian beberapa tips untuk membentuk anak yang taat alias sholih atau sholihah, semoga tips tersebut bermanfaat. Wallahu’alam…..
http://blog.fajrifm.com/archives/533
http://ukhtifr.blogspot.com/2011/11/uthu-billahi-minash-shaytanir-rajeem.html?spref=fb

Rabu, November 30, 2011

Perindu Ukhuwah

Bismillahirrahmanirrahim..
Setiap insan harus mengerti..
meretas kehidupan dengan cinta persaudaraan..
Sebuah tembok kasih sayang dalam persamaan..
Tak kenal warna kulit, tak kenal harta benda..
Kita bersatu dalam jalinan Ukhuwah..
Mengenal hubungan dengan sesama muslim adalah hal yang menakjubkan apalagi dengan adanya internet yang bisa membawa kita pada dunia luas untuk mengenal setiap muslim tanpa mengenal warna kulit, ras, apalagi harta benda. Kita disatukan dalam keimanan dalam sebuah Ukhuwah Islamiyah.
Ketika sebuah ukhuwah yang kokoh yang dibangun dalam sebuah keimanan, ada saja upaya segolongan orang yang tidak suka atas persaudaraan. Tentu saja, setiap hal didunia ini diciptakan secara berpasangan. Termasuk dengan sebuah kedamaian, pasti ada pasangannya yaitu permusuhan atau orang yang ingin merusak sebuah kedamaian atau persaudaraan.
Mereka adalah para penebar fitnah dan kebohongan agar hubungan sesama muslim menjadi rusak. Tak ayal lagi, bila ada sebagian dari kita tidak dapat mempercayai saudara kita yang lain karna termakan berita-berita bohong atau fitnah.Maka, perlunya kita mempunyai sikap husnudzon atau berpikir positif terhadap saudara kita. Jangan langsung percaya terhadap orang-orang yang ingin memecah ukhuwah.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya sehingga kamu akan menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al-Hujurat 6)
Sebagian dari kita tak bisa membedakan kebenaran itu karna tertutupi hal yang batil. Jadi kita harus tahu hal yang mampu merusak ukhuwah yang dapat menyakiti saudara-saudara kita.
Pertama, janganlah kita mengolok-ngolok saudara kita yang lain.
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah satu kaum memperolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olokkan).” (QS  Al-Hujurat 11).
Harus kita pahami, bisa jadi orang yang kita olok-olok ternyata jauh lebih baik dari kita. Perasaan kita yang mengolok-olok orang lain karna merasa diri kita lebih baik dari mereka, ini lah orang yang sombong. Orang yang sombong tidak dapat memperkuat sebuah ukhuwah.
Kedua, janganlah kita berburuk sangka terhadap saudara kita. Bila kita mendapatkan berita tentang saudara kita yang membuat kita jengah, jangan biarkan diri kita terbawa arus kebatilan. Segera tabayyun dan mencari penjelasan untuk menemukan kebenaran, agar hati kita pun nyaman.
Ketiga, janganlah kita menghina saudara kita dengan kata-kata yang menyakitkan. Tentu saja hal ini bisa menimbulkan rasa sakit hati yang membuat siapapun temasuk kita bisa timbul rasa benci diantara sesama muslim.
Keempat, janganlah kita menggelari saudara kita dengan gelar yang tidak dia sukai. Gelar yang buruk membuat dia merasa rendah diri bahkan tidak percaya diri sehingga dia tidak mau berkumpul bersama saudaranya. Tentu tak ada yang mau kalo hal ini sampai terjadi.
Kelima, janganlah kita suka mencari kesalahan saudara kita apalagi sampai kita menggibah dia seolah-olah kita tidak pernah melakukan suatu kesalahan. Memakan bangkai saja kita merasa jijik, mengapa memakan bangkai saudara kita sendiri, kita malah senang bahkan memakannya berulang-ulang. Naudzubillah..
Keenam, janganlah kita iri hati dengan kenikmatan yang diraih saudara kita. Hal seperti ini hanya akan menimbulkan kedengkian dihati kita, bahkan kita bisa saja nantinya merasa bahwa Allah tidak pernah memberikan nikmat pada kita. Padahal setiap waktu Allah memberikan nikmatnya pada kita.
Ukhuwah islamiyah akan mampu kita perkuat asalkan kita bisa meninggalkan hal-hal yang mampu merusak ukhuwah. Bila ukhuwah sudah rusak, tidak sedikit orang yang merasakan dampak akan sulitnya merajut kembali sebuah ukhuwah.
Bila ukhuwah sudah terajut, usahakanlah untuk tetap menjaganya, karna ukhuwah merupakan perwujudan betapa pentingnya persaudaraan dalam kehidupan kita.
Tegakanlah ukhuwah..
Rapatkan barisan kita..
Satukanlah tangan-tangan kita..
karna ku merindu persaudaraan ini..

‘tuk tegakkan kebenaran di Bumi Allah..

Jangan putus asa, berusahalah dengan sungguh-sungguh, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
Bismillaahirrohmaanirrohiim .......

Seorang penuntut ilmu tidak boleh futur dalam usahanya untuk memperoleh dan mengamalkan ilmu. Futur yaitu rasa malas, enggan, dan lamban dimana sebelumnya ia rajin, bersungguh-sungguh, dan penuh semangat.

Futur adalah satu penyakit yang sering menyerang sebagian ahli ibadah, para da’i, dan penuntut ilmu. Sehingga seseorang menjadi lemah dan malas, bahkan terkadang berhenti sama sekali dari melakukan aktivitas kebaikan.

Orang yang terkena penyakit futur ini berada pada tiga golongan, yaitu:

1). Golongan yang berhenti sama sekali dari aktivitasnya dengan sebab futur, dan golongan ini banyak sekali.

2). Golongan yang terus dalam kemalasan dan patah semangat, namun tidak sampai berhenti sama sekali dari aktivitasnya, dan golongan ini lebih banyak lagi.

3). Golongan yang kembali pada keadaan semula, dan golongan ini sangat sedikit. [1]

Futur memiliki banyak dan bermacam-macam sebab. Apabila seorang muslim selamat dari sebagiannya, maka sedikit sekali kemungkinan selamat dari yang lainnya. Sebab-sebab ini sebagiannya ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus.

Di antara sebab-sebab itu adalah.

1). Hilangnya keikhlasan.
2). Lemahnya ilmu syar’i.
3). Ketergantungan hati kepada dunia dan melupakan akhirat.
4). Fitnah (cobaan) berupa isteri dan anak.
5). Hidup di tengah masyarakat yang rusak.
6). Berteman dengan orang-orang yang memiliki keinginan yang lemah dan cita-cita duniawi.
7). Melakukan dosa dan maksiyat serta memakan yang haram.
8). Tidak mempunyai tujuan yang jelas (baik dalam menuntut ilmu maupun berdakwah).
9). Lemahnya iman.
10). Menyendiri (tidak mau berjama’ah).
11). Lemahnya pendidikan. [2]

Futur adalah penyakit yang sangat ganas, namun tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan Dia pun menurunkan obatnya. Akan mengetahuinya orang-orang yang mau mengetahuinya, dan tidak akan mengetahuinya orang-orang yang enggan mengetahuinya.

Di antara obat penyakit futur adalah.

1). Memperbaharui keimanan.
Yaitu dengan mentauhidkan Allah dan memohon kepada-Nya agar ditambah keimanan, serta memperbanyak ibadah, menjaga shalat wajib yang lima waktu dengan berjama’ah, mengerjakan shalat-shalat sunnah rawatib, melakukan shalat Tahajjud dan Witir. Begitu juga dengan bersedekah, silaturahmi, birrul walidain, dan selainnya dari amal-amal ketaatan.
2). Merasa selalu diawasi Allah Ta’ala dan banyak berdzikir kepada-Nya.
3). Ikhlas dan takwa.
4). Mensucikan hati (dari kotoran syirik, bid’ah dan maksiyat).
5). Menuntut ilmu, tekun menghadiri pelajaran, majelis taklim, muhadharah ilmiyyah, dan daurah-daurah syar’iyyah.
6). Mengatur waktu dan mengintrospeksi diri.
7). Mencari teman yang baik (shalih).
8). Memperbanyak mengingat kematian dan takut terhadap suul khatimah (akhir kehidupan yang jelek).
9). Sabar dan belajar untuk sabar.
10). Berdo’a dan memohon pertologan Allah. [3]

PENUNTUT ILMU TIDAK BOLEH PUTUS ASA DALAM MENUNTUT ILMU DAN WASPADA TERHADAP BOSAN

Sebab, bosan adalah penyakit yang mematikan, membunuh cita-cita seseorang sebesar sifat bosan yang ada pada dirinya. Setiap kali orang itu menyerah terhadap kebosanan, maka ilmunya akan semakin berkurang. Terkadang sebagian kita berkata dengan tingkah lakunya, bahkan dengan lisannya, “Saya telah pergi ke banyak majelis ilmu, namun saya tidak bisa mengambil manfaat kecuali sedikit.”

Ingatlah wahai saudaraku, kehadiran Anda dalam majelis ilmu cukup membuat Anda mendapatkan pahala. Bagaimana jika Anda mengumpulkan antara pahala dan manfaat? Oleh karena itu, janganlah putus asa. Ketahuilah, ada beberapa orang yang jika saya ceritakan kisah mereka, maka Anda akan terheran-heran. Di antaranya, pengarang kitab Dzail Thabaqaat al-Hanabilah. Ketika menulis biografi, ia menyebutkan banyak cerita unik beberapa orang ketika mereka menuntut ilmu.

‘Abdurrahman bin an-Nafis -salah seorang ulama madzhab Hanbali- dulunya adalah seorang penyanyi. Ia mempunyai suara yang bagus, lalu ia bertaubat dari kemunkaran ini. Ia pun menuntut ilmu dan ia menghafal kitab al-Haraqi, salah satu kitab madzhab Hanbali yang terkenal. Lihatlah bagaimana keadaannya semula. Ketika ia jujur dalam taubatnya, apa yang ia dapatkan?

Demikian pula dengan ‘Abdullah bin Abil Hasan al-Jubba’i. Dahulunya ia seorang Nashrani. Kelurganya juga Nashrani bahkan ayahnya pendeta orang-orang Nashrani sangat mengagungkan mereka. Akhirnya ia masuk Islam, menghafal Al-Qur-an dan menuntut ilmu. Sebagian orang yang sempat melihatnya berkata, “Ia mempunyai pengaruh dan kemuliaan di kota Baghdad.”

Demikian juga dengan Nashiruddin Ahmad bin ‘Abdis Salam. Dahulu ia adalah seorang penyamun (perampok). Ia menceritakan tentang kisah taubatnya dirinya: Suatu hari ketika tengah menghadang orang yang lewat, ia duduk di bawah pohon kurma atau di bawah pagar kurma. Lalu melihat burung berpindah dari pohon kurma dengan teratur. Ia merasa heran lalu memanjat ke salah satu pohon kurma itu. Ia melihat ular yang sudah buta dan burung tersebut melemparkan makanan untuknya. Ia merasa heran dengan apa yang dilihat, lalu ia pun taubat dari dosanya. Kemudian ia menuntut ilmu dan banyak mendengar dari para ulama. Banyak juga dari mereka yang mendengar pelajarannya.

Inilah sosok-sosok yang dahulunya adalah seorang penyamun, penyanyi dan ada pula yang Nashrani. Walau demikian, mereka menjadi pemuka ulama, sosok mereka diacungi jempol dan amal mereka disebut-sebut setelah mereka meninggal.

Jangan putus asa, berusahalah dengan sungguh-sungguh, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah. Walaupun Anda pada hari ini belum mendapatkan ilmu, maka curahkanlah terus usahamu di hari kedua, ketiga, keempat,.... setahun, dua tahun, dan seterusnya...[4]

Seorang penuntut ilmu tidak boleh terburu-buru dalam meraih ilmu syar’i. Menuntut ilmu syar’i tidak bisa kilat atau dikursuskan dalam waktu singkat. Harus diingat, bahwa perjalanan dalam menuntut ilmu adalah panjang dan lama, oleh karena itu wajib sabar dan selalu memohon pertolongan kepada Allah agar tetap istiqamah dalam kebenaran.

[Disalin dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu”, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – Bogor 16001 Jawa Barat – Indonesia, Cetakan Pertama Rabi’uts Tsani 1428H/April 2007M]
__________
Foote Notes
[1]. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 22).
[2]. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 43-71).
[3]. Ibid (hal. 88-119) dengan diringkas.
[4]. Ma’aalim fii Thariiq Thalabil ‘Ilmi (hal. 278-279


http://assunnah-qatar.com/index.php?option=com_content&task=view&id=467&Itemid=196Seorang penuntut ilmu tidak boleh terburu-buru dalam meraih ilmu syar’i. Menuntut ilmu syar’i tidak bisa kilat atau dikursuskan dalam waktu singkat. Harus diingat, bahwa perjalanan dalam menuntut ilmu adalah panjang dan lama, oleh karena itu wajib sabar dan selalu memohon pertolongan kepada Allah agar tetap istiqamah dalam kebenaran.

http://www.facebook.com/ladyukhti

Sabtu, November 19, 2011

Orang yang mengajarkan ilmu agama pengabulan bagi semua permohonan ampun yang disampaikan oleh seluruh makhluk untuknya

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...Bismillaahirrohmaanirrohiim ....

Keutamaan Menyebarkan Ilmu Agama

Dari Abu Umamah al-Baahili radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، حَتَّى النَّمْلَةَ فِى جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ، لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ »

“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia”[1].

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan seorang yang mempelajari ilmu agama[2] yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian menyebarkannya kepada umat manusia[3]. Imam Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah berkata, “Aku tidak mengetahui setelah (tingkatan) kenabian, kedudukan yang lebih utama dari menyebarkan ilmu (agama)”[4].

Dalam hadist lain yang semakna dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya orang yang memahami ilmu (agama dan mengajarkannya kepada manusia) akan selalu dimohonkan (kepada Allah Ta’ala) pengampunan (dosa-dosanya) oleh semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, termasuk ikan-ikan di lautan”[5].

Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:

- Makna shalawat dari Allah Ta’ala kepada hamba-Nya adalah limpahan rahmat, pengampunan, pujian, kemuliaan dan keberkahan dari-Nya[6]. Ada juga yang mengartikannya dengan taufik dari Allah Ta’ala untuk mengeluarkan hamba-Nya dari kegelapan (kesesatan) menuju cahaya (petunjuk-Nya), sebagaimana dalam firman-Nya:

    {هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا}

    “Dialah yang bershalawat kepadamu (wahai manusia) dan malaikat-Nya (dengan memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman” (QS al-Ahzaab:43)[7].

- Orang yang mengajarkan ilmu agama kepada manusia berarti telah menyebarkan petunjuk Allah Ta’ala yang merupakan sebab utama terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan alam semesta beserta semua isinya, oleh karena itu semua makhluk di alam semesta berterima kasih kepadanya dan mendoakan kebaikan baginya, sebagai balasan kebaikan yang sesuai dengan perbuatannya[8].

- Sebagian dari para ulama ada yang menjelaskan makna hadits ini bahwa Allah Ta’ala akan menetapkan bagi orang yang mengajarkan ilmu agama pengabulan bagi semua permohonan ampun yang disampaikan oleh seluruh makhluk untuknya[9].

- Tentu saja yang keutamaan dalam hadits ini khusus bagi orang yang mengajarkan ilmu agama dengan niat ikhlas mengharapkan wajah Allah Ta’ala, bukan untuk tujuan mencari popularitas atau imbalan duniawi[10].

- Para ulama yang menyebarkan ilmu agama adalah pewaris para Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam[11], karena merekalah yang menggantikan tugas para Nabi dan Rasul ‘alaihis salam, yaitu menyebarkan petunjuk Allah Ta’ala dan menyeru manusia ke jalan yang diridhai-Nya, serta bersabar dalam menjalankan semua itu, maka merekalah orang-orang yang paling mulia kedudukannya di sisi Allah Ta’ala setelah para Nabi dan Rasul ‘alaihis salam[12].

- Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Menyampaikan/menyebarkan sunnah (petunjuk) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat manusia lebih utama daripada menyampaikan (melemparkan) panah ke leher musuh (berperang melawan orang kafir di medan jihad), karena menyampaikan panah ke leher musuh banyak orang yang (mampu) melakukannya, sedangkan menyampaikan sunnah (petunjuk) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat manusia hanya (mampu) dilakukan oleh (para ulama) pewaris para Nabi ‘alaihis salam dan pengemban tugas mereka di umat mereka, semoga Allah Ta’ala menjadikan kita termasuk golongan mereka dengan karunia dan kemurahan-Nya”[13].

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Kendari, 13 Ramadhan 1431 HPenulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MAArtikel www.muslim.or.id

Catatan Kaki:

[1] HR at-Tirmidzi (no. 2685) dan ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabiir” (no. 7912), dalam sanadnya ada kelemahan, akan tetapi hadits ini dikuatkan oleh hadits lain yang semakna. Hadits ini dinyatakan hasan shahih oleh imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani rahimahullah dalam “Silsilatul ahaditsish shahihah” (4/467).
[2] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (5/525).
[3] Lihat keterangan  imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Miftaahu daaris sa’aadah” (1/63).
[4] Dinukil oleh imam al-Khathib al-Baghdadi dalam kitab “Tarikh Bagdad” (10/160).
[5] HR Abu Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682) dan Ibnu Hibban (no. 88), dishahihkan oleh imam Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani rahimahkumullah, serta dinyatakan hasan oleh imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab “Miftaahu daaris sa’aadah” (1/63).
[6] Lihat kitab “Zaadul masiir” (6/398).
[7] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (6/169).
[8] Lihat keterangan  Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab “Miftaahu daaris sa’aadah” (1/64) dan al-Muanawi dalam kitab “Faidhul Qadiir” (4/268).
[9] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (4/268).
[10] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (5/525)
.[11] Sebagaimana dalam HR Abu Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682) dan Ibnu Hibban (no. 88), dishahihkan oleh imam Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani rahimahkumullah.
[12] Lihat keterangan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab “Miftaahu daaris sa’aadah” (1/64).
[13] Kitab “Jala-ul afhaam” (hal. 415).

http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/keutamaan-menyebarkan-ilmu-agama.html

PELAJARAN KEHIDUPAN

Aku belajar bahwa..
kehidupan ini bermakna..dan masing-masing orang akan mendapatkan balasan setimpal dengan perbuatannya..

Aku belajar bahwa..
sebaik-baik hidup adalah hidup di bawah naungan Al-Qur’an dengan aqidah yang benar dan tauhid yang lurus..

Aku belajar bahwa..
kedzaliman adalah kegelapan..dan setiap orang dzalim pasti menyesal merasakan akibat perbuatannya..

Aku belajar bahwa..
dalam hidup ini aku harus selalu optimis dengan mengharap pertolongan-Nya dan tidak akan pernah putus asa dari rahmat-Nya..

Aku belajar bahwa..
aku harus melihat orang yang di bawah ku dalam urusan duniawi..agar aku selalu mensyukuri nikmat-Nya ..

Aku belajar bahwa..
kehidupan ini adalah ringan..mudah dan sederhana bagi orang yang mengetahui kebenaran..

Aku belajar bahwa.
aku tidak pernah meremehkan apapun..walau tampak kecil..remeh dan sederhana..

Aku belajar bahwa..
aku harus berprasangka baik kepada orang mukmin..terutama orang-orang yang ku cintai..
dan bahwa orang yang berprasangka buruk kepada orang mukmin..dikarenakan keburukan itu ada pada dirinya..lalu dia menyangka orang lain seperti itu..

Aku belajar bahwa..
orang yang paling berharga bagi ku adalah..orang yang mau berterus terang menegur dan mengingatkan ku..

Aku belajar bahwa..
kesuksesan tak mungkin ku dapatkan dengan bersantai..tanpa adanya kesungguhan dan keseriusan..

Aku belajar bahwa kebenaran pasti menang..dan kebatilan pasti kalah..

Aku belajar bahwa..
gangguan dalam kehidupan pasti ada..tapi ku tak boleh menyerah karenanya..

Aku belajar bahwa..
shalat malam..berdoa dan bermunajat di dalamnya..adalah sumber kekuatan dalam menjalani kehidupan ini..

Aku belajar bahwa..
Aku tidak dapat memaksa orang lain mencintai ku..tapi ku harus dapat melakukan kebaikan untuk orang lain..

Aku belajar bahwa..
persahabatan sejati senantiasa tumbuh walau dipisahkan oleh jarak yang jauh.. beberapa di antaranya melahirkan cinta sejati..

Aku belajar bahwa..
sebaik-baik sahabat pasti pernah melukai perasaan ku..dan untuk itu aku harus memaafkannya..

Aku belajar bahwa..
lingkungan dapat mempengaruhi pribadi ku..tapi ku harus bertanggung jawab untuk apa yang telah ku lakukan ..

Aku belajar bahwa..
tidaklah penting apa yang ku miliki..tapi yang penting adalah siapa aku ini sebenarnya ..

Aku belajar bahwa..
aku harus memilih..apakah menguasai sikap dan emosi..atau sikap dan emosi itu yang menguasai diri ku..

Aku belajar bahwa..
kata-kata manis disertai kerelaan adalah..saat perpisahan dengan orang yang ku cintai..

Aku belajar bahwa..
butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan..dan hanya butuh beberapa detik saja untuk menghancurkannya..

Aku belajar bahwa..
jika seseorang tidak menunjukkan perhatian seperti yang ku harapkan..bukan berarti bahwa dia tidak mencintai ku..

Aku belajar bahwa..
Aku harus belajar memaafkan diri sendiri dan orang lain..kalau tidak mau dikuasai perasaan bersalah terus menerus ..

Aku belajar bahwa..
tidak ada yang instant atau serba cepat di dunia ini..semua butuh proses..kecuali aku ingin sakit hati dan kecewa ..

Aku belajar bahwa..
aku punya hak untuk marah..tapi itu bukan berarti aku harus benci dan berlaku bengis..

Aku belajar bahwa..
pelajaran bukan hanya diambil dari orang baik..tapi justeru dari orang jahat lebih banyak pelajaran yang ku dapat dengan mengetahui kejahatannya dan meninggalkannya..

Aku belajar bahwa..
orang-orang yang ku kasihi..justru sering diambil segera dari kehidupan ku..

AKU BELAJAR DAN AKAN SELALU BELAJAR UNTUK MENJADI LEBIH BAIK DALAM MENJALANI HIDUP INI.

A Muslim Man's Love Letter

                                          أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
                    I Seek Refuge With (ﺍﻟﻠﮧ)God From The Stoned Shaitan (Satan)

                                             بسم الله الرحمن الرحيم 
                    In The Name Of (ﺍﻟﻠﮧ)God, Most Gracious, Most Merciful.



                                    A Muslim Man's Love Letter
                                   ====================
                         

A Love Letter From A Muslim Man To The Girl He Loves.


If You Love Me, Don’t Confess Your Love To Me Through Haraam Ways,
This Won’t Please Me And Will Instead Drive Me Away!

Love Games Don’t Attract Me.
If You Love Me, Have Sabr And I Will Knock On Your Door When The Time Is Right.

Don’t Give Me Privileges Which I Don’t Deserve.
Keep Me Away From You, And I Will Approach You.

If You Approach Me, I Will Stay Away From You.
Don’t Love Me, For I Want You Ignorant In Love.

I Want To Teach You Love When The Right Time Comes And When You Will Be Mine,Only When We Are Joined Together Under Our Creator’s Satisfaction

Don’t Tell Me What You Feel, Don’t Give Me From Your Time, Don’t Push Me To Lose You.
I Am A Man Who Does Not Want To See The One He Loves Committing Sins Or To Live A Forbidden Love Behind Her Family’s Back.

I Don’t Want Her To Feel Guilty And Don’t Want Her Heart To Suffer.
Put Me Under Limits That I Won’t Cross, Kill Me Inside You So I Won’t Grow To Kill You Inside Me.

Preserve What Is Beautiful Inside You.
I Want You Innocent, Chaste, Pure.

I Want You My Love, But With ALLAH’s Blessings And Not Shaytan’s Whisperings.
And Then, Only Then, I Will Face Everything And Will Be Ready To Go Through Difficulties To Get You,

Don’t Be Easy Because Then, I May Not Value You. 
Don’t Love Me Now, So I Won’t Hate You!

My Heart Wants You And Doesn’t Want To Lose You.
I Don’t Want You To Be Just A Passing Fancy For Me,

I Want You A Wife, A Lover, The Mother Of My Children, I Want You To Be The One I Will Spend My Whole Life With.

How Could I Be A Faithful Man To You When I Try To Break Your Chastity?

How Would I Be Faithful To You If I Push You To Betray Your Family?


How Could I Trust A Love Which Grew Under ALLAH’s Wrath ?

To Make You Mine Through Niqah Is Islam’s Way,
Till Then Wait Patiently And Donot Dismay.

To Love You Means To Protect You,
To Love You Is To Bring You Closer To ALLAH And His Deen

To Preserve You Not To Kill What Is Beautiful Inside You.


-Your Husband-To-Be (ان شاء الله  ﺗﻌﺎﻟﯽٰ)


Surat 'Āli `Imrān (Family of Imran) - سورة آل عمران
Chapter No:03
Verse No :103

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

And hold fast, all of you together, to the Rope of Allah (i.e. this Quran), and be not divided among yourselves, and remember Allah's Favour on you, for you were enemies one to another but He joined your hearts together, so that, by His Grace, you became brethren (in Islamic Faith), and you were on the brink of a pit of Fire, and He saved you from it. Thus Allah makes His Ayat (proofs, evidences, verses, lessons, signs, revelations, etc.,) clear to you, that you may be guided.

 http://www.facebook.com/notes/muslim/a-muslim-mans-love-letter/297791660245575

Selasa, Oktober 25, 2011

MEMPERBANYAK UCAPAN LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
Wasiat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Kepada Abu Dzar Al-Ghifari
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ قَالَ: أَوْصَانِيْ خَلِيْلِي بِسَبْعٍ : بِحُبِّ الْمَسَاكِيْنِ وَأَنْ أَدْنُوَ مِنْهُمْ، وَأَنْ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلُ مِنِّي وَلاَ أَنْظُرَ إِلَى مَنْ هُوَ فَوقِيْ، وَأَنْ أَصِلَ رَحِمِيْ وَإِنْ جَفَانِيْ، وَأَنْ أُكْثِرَ مِنْ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ، وَأَنْ أَتَكَلَّمَ بِمُرِّ الْحَقِّ، وَلاَ تَأْخُذْنِيْ فِي اللهِ لَوْمَةُ لاَئِمٍ، وَأَنْ لاَ أَسْأَلَ النَّاسَ شَيْئًا.
Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu , ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah) Shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan lâ haulâ walâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) beliau melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia”.
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh imam-imam ahlul-hadits, di antaranya:
1. Imam Ahmad dalam Musnadnya (V/159).
2. Imam ath-Thabrani dalam al-Mu’jamul-Kabîr (II/156, no. 1649), dan lafazh hadits ini miliknya.
3. Imam Ibnu Hibban dalam Shahîh-nya (no. 2041-al-Mawârid).
4. Imam Abu Nu’aim dalam Hilyatu- Auliyâ` (I/214, no. 521).
5. Imam al-Baihaqi dalam as-Sunanul-Kubra (X/91).
Dishahîhkan oleh Syaikh al-‘Allamah al-Imam al-Muhaddits Muhammad Nashiruddin al-Albâni rahimahullah dalam Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 2166).
FIQIH HADITS (4) : MEMPERBANYAK UCAPAN LA HAULA WALA QUWWATA ILLA BILLAH (TIDAK ADA DAYA DAN UPAYA KECUALI DENGAN PERTOLONGAN ALLAH)
Mengapa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan kalimat lâ haulâ wa lâ quwwata illâ billâh?
Jawabannya, agar kita melepaskan diri kita dari segala apa yang kita merasa mampu untuk melakukannya, dan kita serahkan semua urusan kepada Allah. Sesungguhnya yang dapat menolong dalam semua aktivitas kita hanyalah Allah Ta’ala, dan ini adalah makna ucapan kita setiap kali melakukan shalat,
“Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan”. [al-Fâtihah/1:5].
Dan kalimat ini, adalah makna dari doa yang sering kita ucapkan dalam akhir shalat kita:
اَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ.
“Ya Allah, tolonglah aku agar dapat berdzikir kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu” [1].
Pada hakikatnya seorang hamba tidak memiliki daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah. Seorang penuntut ilmu tidak akan mungkin duduk di majlis ilmu, melainkan dengan pertolongan Allah. Seorang guru tidak akan mungkin dapat mengajarkan ilmu yang bermanfaat, melainkan dengan pertolongan Allah. Begitupun seorang pegawai, tidak mungkin dapat bekerja melainkan dengan pertolongan Allah.
Seorang hamba tidak boleh sombong dan merasa bahwa dirinya mampu untuk melakukan segala sesuatu. Seorang hamba seharusnya menyadari bahwa segala apa yang dilakukannya semata-mata karena pertolongan Allah. Sebab, jika Allah tidak menolong maka tidak mungkin dia melakukan segala sesuatu. Artinya, dengan mengucapkan kalimat ini, seorang hamba berarti telah menunjukkan kelemahan, ketidakmampuan dirinya, dan menunjukkan bahwa ia adalah orang yang sangat membutuhkan pertolongan Allah.
FIQIH HADITS (5) : BERANI MENGATAKAN KEBENARAN MESKIPUN PAHIT
Pahitnya kebenaran, tidak boleh mencegah kita untuk mengucapkannya, baik kepada orang lain maupun kepada diri sendiri. Apabila sesuatu itu jelas sebagai sesuatu yang haram, syirik, bid’ah dan munkar, jangan sampai kita mengatakan sesuatu yang haram adalah halal, yang syirik dikatakan tauhid, perbuatan bid’ah adalah Sunnah, dan yang munkar dikatakan ma’ruf.
Menyembah kubur, misalnya, yang sudah jelas perbuatan syirik namun banyak para dai yang beralasan bahwa hal tersebut, adalah permasalahan yang masih diperselisihkan. Seorang dai harus tegas mengatakan kebenaran, perbuatan yang bid’ah harus dikatakan bid’ah, dan perbuatan yang haram harus dikatakan haram, dengan membawakan dalil dan penjelasan para ulama tentang keharamannya.
Sesungguhnya jihad yang paling utama ialah mengatakan kalimat yang haq (kebenaran) kepada penguasa.
أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ.
“Jihad yang paling utama ialah mengatakan kalimat yang haq (kebenaran) kepada penguasa yang zhalim”. [2]
Yaitu dengan mendatangi mereka dan menasihati mereka dengan cara yang baik. Jika tidak bisa, dapat dilakukan dengan menulis surat atau melalui orang yang menjadi wakil mereka, tidak dengan mengadakan orasi, provokasi, demonstrasi. Dan tidak boleh menyebarkan aib mereka melalui mimbar, mimbar Jum’at, dan yang lainnya.
Islam telah memberikan ketentuan dalam menasihati para pemimpin (ulil amri). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِذِي سُلْطَانٍ فَلاَ يُبْدِهِ عَلاَنِيَةً وَلَكِنْ يَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُوْ بِهِ فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ وَ إِلاَّ كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ.
“Barangsiapa yang ingin menasihati penguasa, janganlah ia menampakkan dengan terang-terangan. Hendaklah ia pegang tangannya lalu menyendiri dengannya. Kalau penguasa itu mau mendengar nasihat itu, maka itu yang terbaik. Dan bila si penguasa itu enggan (tidak mau menerima), maka sungguh ia telah melaksanakan kewajiban amanah yang dibebankan kepadanya”[3].
PENUTUP
Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat untuk penulis dan para pembaca, dan wasiat Rasulullah ini dapat kita laksanakan dengan ikhlas karena Allah Ta’ala. Mudah-mudahan shalawat dan salam tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada kelurga dan para sahabat beliau.
Akhir seruan kami, segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi Ramadhan (06-07)/Tahun XI/1428H/2007M. Penerbit Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
_______
Footnote
[1]. Hadits shahîh. Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 1522), an-Nasâ`i (III/53), Ahmad (V/245), dan al-Hakim (I/173, III/273) beliau menshahîhkannya, dan disepakati oleh adz-Dzahabi.
[2]. Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ahmad (V/251, 656), Ibnu Majah (no. 4012), ath-Thabrani dalam al-Kabîr (VIII/282, no. 8081), dan al-Baghawi dalam Syarhus-Sunnah (no. 2473), dan selainnya. Dari Sahabat Abu Umamah Radhiyallahu ‘anhu. Lihat Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah (no. 490).
[3]. Hadits shahih. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah, Bab: Kaifa Nashihatur-Ra’iyyah lil- Wulât (II/ 507-508 no. 1096, 1097, 1098), Ahmad (III/403-404) dan al-Hakim (III/290) dari ‘Iyadh bin Ghunm Radhiyallahu ‘anhu.
Marâji’:
1. Al-Qur`ânul-Karim dan terjemahannya, terbitan Departemen Agama.
2. al-Adabul-Mufrad.
3. Al-Mu’jamul-Kabîr.
4. An-Nihâyah fî Gharîbil-Hadîts.
5. As-Sunanul-Kubra.
6. As-Sunnah libni Abi ‘Ashim.
7. Al-Washâya al-Mimbariyyah, karya ‘Abdul-‘Azhim bin Badawi al-Khalafi.
8. Hilyatul Auliyâ`.
9. Irwâ`ul Ghalîl fî Takhriji Ahâdîtsi Manâris Sabîl.
10. Lisânul-‘Arab.
11. Mawâridizh Zhamm`ân.
12. Mufrâdât Alfâzhil-Qur`ân.
13. Musnad ‘Abd bin Humaid.
14. Musnad al-Humaidi.
15. Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhaini. Karya Imam al-Hakim an-Naisaburi.
16. Musnad Imam Ahmad.
17. Qathî`atur Rahim; al-Mazhâhir al-Asbâb Subulul ‘Ilâj, oleh Syaikh Muhammad Ibrahim al-Hamd.
18. Shahîh al-Bukhari.
19. Shahîh Ibni Hibban.
20. Shahîh Ibni Khuzaimah.
21. Shahîh Muslim.
22. Silsilah al-Ahâdîts ash-Shahîhah.
23. Sunan Abu Dawud.
24. Sunan an-Nasâ`i.
25. Sunan at-Tirmidzi.
26. Sunan Ibni Majah.
27. Syarah Shahîh Muslim.
28. Syarhus Sunnah lil Imam al-Baghawi.
29. Tafsîr Ibni Jarir ath-Thabari, Cet. Darul Kutub al-‘Ilmiyyah, Beirut.
30. Tafsîr Ibni Katsir, Cet. Darus-Salam, Riyadh.

Jumat, September 09, 2011

BERBAHAGIALAH

Iman itu menghilangkan kegelisahan dan menghapuskan kesedihan. Ia adalah teman orang-orang yang bertauhid dan penghibur bagi orang-orang yang beribadah.

Apa yang telah lewat tidak akan kembali; apa yang telah hilang berarti mati; maka janganlah memikirkan yang telah hilang karena dia telah mati dan lenyap.
Bersikaplah ridha terhadap takdir. Zikir akan mewujudkan hati yang tenang, melenyapkan kesedihan, menghidupkan hati dan menghapuskan dosa..

Jangan tunggu ucapan terimakasih dari seseorang, Cukuplah dari Allah balasannya… Jangan kecewa ketika menemukan orang yang tak kenal balas budi, dengki dan hasad.

JIKA engkau berada di pagi hari , maka JANGAN tunggu hingga sore hari. HIDUPLAH DALAM BATASAN HARI ITU, , fokuskan konsentrasi anda untuk memperbaiki kondisi anda pada hari itu. Tinggalkanlah masa depan hingga dia datang. Jangan pikirkan hari esok karena JIKA ANDA MEMPERBAIKI HARI INI NISCAYA HARI ESOK AKAN LEBIH BAIK .

PERBARUILAH HIUDUP INI, VARIASIKANLAH cara-cara hidup anda dan UBAHLAH RUTINITAS yang anda jalani sehari-hari. BERSYUKURLAH kepada Rabbmu atas nikmat agama, akal, kesehatan, nama baik, pendengaran, penglihatan, rezeki, keturunan dan lainnya.

HIDUPLAH dengan Al-Quran dengan menghafalnya, mempelajarinya dan memahaminya karena Al-Quran adalah obat paling manjur untuk menghilangkan kesedihan dan kegelisahan.

MAAFKANLAH orang yang menzalimimu, SAMBUNGLAH tali silaturahim orang yang memutuskan silaturahim denganmu, BERILAH orang yang tidak pernah memberimu dan BERSIKAP LEMBUTLAH pada orang yang berbuat buruk pada anda , niscaya anda akan dapatkan kebahagiaan dan keamanan.

PERBANYAKLAH ISTIGFAR , karena bersama istigfar terdapat rezeki, jalan keluar, keturunan, ilmu yang bermanfaat, dimudahkannya urusan dan dihapuskannya dosa-dosa.

MERASA PUASLAH dengan bentuk tubuh anda, potensi anda, keluarga anda dan rumah anda, niscaya anda akan memperoleh kedamaian dan kebahagiaan. Bahwa sesungguhnya bersama kesulitan itu terdapat kemudahan dan jalan keluar akan datang setelah kesempitan.
Karena kondisi tidak akan tetap selamanya, hari-hari kejayaan akan dipergilirkan.

BERSIKAPLAH OPTIMIS dan JANGAN PUTUS ASA . BERBAIK SANGKALAH pada Rabb-Mu serta berharaplah segala kebaikan dan keindahan dari-Nya.

BERGEMBIRALAH dengan pilihan ALLAH bagimu, karena itu pastilah YANG TERBAIK .
Musibah akan MENDEKATKAN kita kepada Allah, mengajarkan untuk berdoa, menghilangkan kesombongan, ujub dan kebanggaan.

BERBUAT BAIKLAH kepada orang lain, BERIKANLAH kebaikan-kebaikan pada orang yang membutuhkan bantuan, orang sakit, orang miskin dan anak yatim. JAUHILAH berburuk sangka, BUANGLAH kesedihan dan imajinasi buruk serta pemikiran-pemikiran yang sakit.

KETAHUILAH bahwa KESULITAN-KESULITAN akan membuka pendengaran, penglihatan, menghidupkan hati, menundukkan nafsu, membuat ingat hamba dan menambahkan pahala.

KEBANYAKAN yang ditakuti itu tidak terjadi, kebanyakan dari kesulitan yang pernah didengar tidak terbukti, kepada Allahlah terdapat segala kecukupan
Dialah yang menjaga dan tempat kita minta tolong.

Hati- hatilah jangan sampai berbuat dosa, karena dosa adalah sumber kegelisahan dan kesedihan, dosa menjadi sebab segala bencana, musibah dan problem.
Melepaskan pandangan kepada yang haram akan menumbuhkan kegelisahan, kesedihan dan luka dalam hati. Sedangkan orang yang bahagia adalah orang yang menundukkan pandangannya dan takut terhadap Rabbnya.

Pikirkanlah RAHMAT ALLAH SWT yang maha pengasih, Dia mengampuni pelacur yang memberi minum seekor anjing, memberikan tobat kepada orang yang telah membunuh seratus orang, MENGEMBANGKAN TANGAN-NYA untuk mengampuni orang-orang yang BERTAUBAT dan mengajak orang-orang nasrani untuk bertaubat.

Jika anda ingin BERBAHAGIA BERSAMA ORANG LAIN , perlakukanlah mereka sesuai dengan apa yang ANDA INGINKAN ATAS PERLAKUAN MEREKA , jangan kritik milik mereka serta jangan rendahkan kedudukan mereka.
Kebahagiaan TIDAK TERLETAK pada kedudukan, keturunan ataupun harta, namun terletak pada agama, ilmu pengetahuan, adab dan meraih cita-cita.

MEMBERI MAAF adalah lebih lezat daripada MEMBALAS DENDAM , BEKERJA itu lebih nikmat daripada menganggur, QANAAH itu lebih besar dari harta , dan KESEHATAN itu lebih baik dari KEKAYAAN .

Orang yang tidak berbahagia dirumahnya tidak akan berbahagia di tempat lain, orang yang tidak dicintai keluarga niscaya tidak akan dicintai siapapun. Orang yang menyia-nyiakan hari ini maka ia akan menyia-nyiakan hari esoknya.

JAUHILAH sifat cemas dan bimbang karena ia adalah racun . HINDARI sifat mudah menyerah karena ia berarti sifat kebinasaan. BUANGLAH jauh-jauh sifat malas karena ia menjerumuskan pada kegagalan. HiNDARI sikap TIDAK KONSISTEN baik dalam berkata maupun berbuat karena sesungguhnya ia bersumber dari RENDAHNYA MANAJEMEN DIRI .

KEJUJURAN membawa kepada KETENANGAN , DUSTA membawa KEGELISAHAN . Perasaan malu adalah perisai hidup, ilmu adalah pembeda, kefasihan berbicara adalah perhiasan dan sikap diam adalah hikmah dan kebijaksanaan.

TIGA TEMAN YANG HARUS DIMILIKI : KEGEMBIRAAN, KETENANGAN, dan SEMANGAT YANG TINGGI . TIGA MUSUH YANG HARUS DIJJAUHI : yaitu SIFAT PESIMIS, BIMBANG dan PUTUS ASA .

Tidak ada yang lebih MENYADARKAN selain KUBURAN , tidak ada yang lebih MEMBAWA SIAL l daripada melakukan MAKSIAT , Tidak ada sikap hidup yang lebih MULIA daripada ZUHUD dan tidak ada yang memberi KEPUASAN kecuali sikap QANAAH .

“DIALAH YANG MENGHILANGKAN BALA , MENGAMPUNI DOSA , MEMBERI REZEKI, MENYEMBUHKAN PENYAKIT, MENYELAMATKAN DARI BENCANA , MEMBEBASKAN DARI KETERIKATAN DAN MEMBALUT LUKA YANG TERANIAYA. BERMUNAJATLAH KEPADA ALLAH SWT, NISCAYA DIA AKAN MEMENUHINYA. KEMUKAKANLAH SEGALA KEBUTUHAN KEPADA-NYA. UTARAKANLAH SEGALA KEINGINANMU DI HADAPAN-nYA , MINTALAH REZEKIMU dan ADUKANLAH KEADAANMU "
BERDOALAH KEPADA-KU , NISCAYA AKAN AKU PERKENANKAN BAGIMU (AL-mukmin 60)

"UMATKU ADALAH UMAT YANG DIRAHMATI " (HR Ahmad)
KEMULIAAN TIDAK BISA DIUKUR dengan keturunan , gelar atau tingkat pendidikan. Tetapi orang yang memiliki usaha keras, ketabahan, keaktifan dan kesabaranlah yang akan dapat meraih KEMULIAAN . Orang yang tidak berbahagia berada dirumah maka tidak akan bahagia di tempat lain. Ketahuilah sesungguhnya sebaik-baik tempat untuk menentramkan diri ,menenangkan pikiran dan menjauhkan dari beban hidup adalah rumah. BAITI JANNATI .

Hati-hatilah bergaul dengan orang yang suka bersikap PESIMIS karena ketika engkau perlihatkan sekuntum bunga yang indah padanya maka yang ia lihat hanya duri-durinya.Ketika engkau bawakan segelas air padanya , maka yang ia lihat hanya kotoran didalamnya. Demikian juga ketika engkau memuji kebaikan/ manfaat matahari dihadapannya maka yang ia rasakan hanya panasnya.

KESALAHAN KITA kita hanya merasa gelisah dan TAKUT KEPADA SELAIN ALLAH , bahkan hampir sebagian kehidupan diisi dengan ketakutan. Kita takut dan cemas akan terlambat, takut akan tersalah, takut akan terburu2, takut tidak makan, takut dimarahi dsb.

Tidak ada tutup kecuali suatu saat akan terbuka, tidak ada ikatan kecuali suatu saat akan terlepas. Tidak ada sesuatu yang jauh kecuali akan mendekat. Tidak ada yang hilang kecuali akan ditemukan. Tetapi ingatlah semua itu membutuhkan proses dan waktu.

Kegagalanmu dalam meraih suatu kesuksesan di satu tempat akan engkau temukan gantinya ditempat lain dan hal tersebut akan dipandang sebagai sesuatu yang bernilai dan bermanfaat dimata orang lain.
Diatas segalanya hanya orang- orang yang bertakwalah yang benar-benar akan berbahagia.

SELAMAT BERBAHAGIA......
(Dr. Aidh Al-Qarni)
*EZ*


http://www.facebook.com/media/set/?set=a.197723516961015.47870.153300751403292&type=1 

Kamis, Agustus 11, 2011

Pahala Melimpah di Balik Memberi Makan Berbuka


Bulan Ramadhan benar-benar kesempatan terbaik untuk beramal. Bulan Ramadhan adalah kesempatan menuai pahala melimpah. Banyak amalan yang bisa dilakukan ketika itu agar menuai ganjaran yang luar biasa. Dengan memberi sesuap nasi, secangkir teh, secuil kurma atau snack yang menggiurkan, itu pun bisa menjadi ladang pahala. Maka sudah sepantasnya kesempatan tersebut tidak terlewatkan.

Inilah janji pahala yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebutkan,

مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

Siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun juga.”[1]

Al Munawi rahimahullah menjelaskan bahwa memberi makan buka puasa di sini boleh jadi dengan makan malam, atau dengan kurma. Jika tidak bisa dengan itu, maka bisa pula dengan seteguk air.[2]

Ath Thobari rahimahullah menerangkan, “Barangsiapa yang menolong seorang mukmin dalam beramal kebaikan, maka orang yang menolong tersebut akan mendapatkan pahala semisal pelaku kebaikan tadi. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi kabar bahwa orang yang mempersiapkan segala perlengkapan perang bagi orang yang ingin berperang, maka ia akan mendapatkan pahala berperang. Begitu pula orang yang memberi makan buka puasa atau memberi kekuatan melalui konsumsi makanan bagi orang yang berpuasa, maka ia pun akan mendapatkan pahala berpuasa.”[3]

Sungguh luar biasa pahala yang diiming-imingi.

Di antara keutamaan lainnya bagi orang yang memberi makan berbuka adalah do’a dari orang yang menyantap makanan berbuka. Jika orang yang menyantap makanan mendoakan si pemberi makanan, maka sungguh itu adalah do’a yang terkabulkan. Karena memang do’a orang yang berbuka puasa adalah do’a yang mustajab. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ

Ada tiga orang yang do’anya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Do’a orang yang terdzolimi.”[4] Ketika berbuka adalah waktu terkabulnya do’a karena ketika itu orang yang berpuasa telah menyelesaikan ibadahnya dalam keadaan tunduk dan merendahkan diri.[5]

Apalagi jika orang yang menyantap makanan tadi mendo’akan sebagaimana do’a yang Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam praktekkan, maka sungguh rizki yang kita keluarkan akan semakin barokah. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi minum, beliau pun mengangkat kepalanya ke langit dan mengucapkan,

اللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِى وَأَسْقِ مَنْ أَسْقَانِى

Allahumma ath’im man ath’amanii wa asqi man asqoonii” [Ya Allah, berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minuman kepadaku][6]

Tak lupa pula, ketika kita hendak memberi makan berbuka untuk memilih orang yang terbaik atau orang yang sholih. Carilah orang-orang yang sholih yang bisa mendo’akan kita ketika mereka berbuka. Karena ingatlah harta terbaik adalah di sisi orang yang sholih. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengatakan pada ‘Amru bin Al ‘Ash,

يَا عَمْرُو نِعْمَ الْمَالُ الصَّالِحُ لِلْمَرْءِ الصَّالِحِ

Wahai Amru, sebaik-baik harta adalah harta di tangan hamba yang Shalih.”[7]

Dengan banyak berderma melalui memberi makan berbuka dibarengi dengan berpuasa itulah jalan menuju surga.[8] Dari ‘Ali, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« إِنَّ فِى الْجَنَّةِ غُرَفًا تُرَى ظُهُورُهَا مِنْ بُطُونِهَا وَبُطُونُهَا مِنْ ظُهُورِهَا ». فَقَامَ أَعْرَابِىٌّ فَقَالَ لِمَنْ هِىَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « لِمَنْ أَطَابَ الْكَلاَمَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ »

Sesungguhnya di surga terdapat kamar-kamar yang mana bagian luarnya terlihat dari bagian dalam dan bagian dalamnya terlihat dari bagian luarnya.” Lantas seorang arab baduwi berdiri sambil berkata, “Bagi siapakah kamar-kamar itu diperuntukkan wahai Rasululullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Untuk orang yang berkata benar, yang memberi makan, dan yang senantiasa berpuasa dan shalat pada malam hari di waktu manusia pada tidur.”[9]

Seorang yang semangat dalam kebaikan pun berujar, “Seandainya saya memiliki kelebihan rizki, di samping puasa, saya pun akan memberi makan berbuka. Saya tidak ingin melewatkan kesempatan tersebut. Sungguh pahala melimpah seperti ini tidak akan saya sia-siakan. Mudah-mudahan Allah pun memudahkan hal ini.”

Lalu bagaimanakah dengan Saudara?

Disusun di hari penuh berkah, Panggang-GK, 4 Sya’ban 1431 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.muslim.or.id

Dzikir-Dzikir di Bulan Ramadhan

Dzikir Ketika Melihat Hilal

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat hilal beliau membaca,

اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالإِِيمَانِ ، وَالسَّلامَةِ وَالإِِسْلامِ ، رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ

Allahumma ahillahu ‘alayna bilyumni wal iimaani was salaamati wal islaami. Robbii wa Robbukallah. [Ya Allah, tampakkan bulan itu kepada kami dengan membawa keberkahan dan keimanan, keselamatan dan Islam. Rabbku dan Rabbmu (wahai bulan sabit) adalah Allah]” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ad Darimi. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan karena memiliki penguat dari hadits lainnya)

Ucapan Ketika Dicela atau Diganggu (Diusilin) Orang Lain

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ

“Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Inni shoo-imun, inni shoo-imun [Aku sedang puasa, aku sedang puasa]“.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih). An Nawawi mengatakan, “Termasuk yang dianjurkan adalah jika seseorang dicela oleh orang lain atau diajak berkelahi ketika dia sedang berpuasa, maka katakanlah “Inni shoo-imun, inni shoo-imun [Aku sedang puasa, aku sedang puasa]“, sebanyak dua kali atau lebih. (Al Adzkar, 183)

Do’a Ketika Berbuka

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berbuka membaca,

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Dzahabazh zhoma-u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah [Rasa haus telah hilang dan urat-urat telah basah, dan pahala telah ditetapkan insya Allah]” (HR. Abu Daud. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Adapun mengenai do’a berbuka yang biasa tersebar di tengah-tengah kaum muslimin: “Allahumma laka shumtu wa bika aamantu wa ‘ala rizqika afthortu….”, perlu diketahui bahwa ada beberapa riwayat yang membicarakan do’a ketika berbuka semacam ini. Di antaranya adalah dalam Sunan Abu Daud no. 2357, Ibnus Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 481 dan no. 482. Namun hadits-hadits yang membicarakan hal ini adalah hadits-hadits yang lemah. Di antara hadits tersebut ada yang mursal yang dinilai lemah oleh para ulama pakar hadits. Juga ada perowi yang meriwayatkan hadits tersebut yang dinilai lemah dan pendusta oleh para ulama pakar hadits. (Lihat Dho’if Abu Daud no. 2011 dan catatan kaki Al Adzkar yang ditakhrij oleh ‘Ishomuddin Ash Shobaabtiy)

Do’a Kepada Orang yang Memberi Makan dan Minum

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diberi minum, beliau pun mengangkat kepalanya ke langit dan mengucapkan,

أَللَّهُمَّ أَطْعِمْ مَنْ أَطْعَمَنِى وَأَسْقِ مَنْ أَسْقَانِى

“Allahumma ath’im man ath’amanii wa asqi man asqoonii” [Ya Allah, berilah ganti makanan kepada orang yang memberi makan kepadaku dan berilah minuman kepada orang yang memberi minuman kepadaku] (HR. Muslim no. 2055)

Do’a Ketika Berbuka Puasa di Rumah Orang Lain

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika disuguhkan makanan oleh Sa’ad bin ‘Ubadah, beliau mengucapkan,

أَفْطَرَ عِنْدَكُمُ الصَّائِمُونَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ الْمَلاَئِكَةُ

Afthoro ‘indakumush shoo-imuuna wa akala tho’amakumul abroor wa shollat ‘alaikumul malaa-ikah [Orang-orang yang berpuasa berbuka di tempat kalian, orang-orang yang baik menyantap makanan kalian dan malaikat pun mendo'akan agar kalian mendapat rahmat].” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Do’a Setelah Shalat Witir

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa pada saat witir membaca surat “Sabbihisma Robbikal a’laa” (surat Al A’laa), “Qul yaa ayyuhal kaafiruun” (surat Al Kafirun), dan “Qul huwallahu ahad” (surat Al Ikhlas). Kemudian setelah salam beliau mengucapkan

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ

“Subhaanal malikil qudduus”, sebanyak tiga kali dan beliau mengeraskan suara pada bacaan ketiga. (HR. Abu Daud dan An Nasa-i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mengucapkan di akhir witirnya,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

“Allahumma inni a’udzu bi ridhooka min sakhotik wa bi mu’afaatika min ‘uqubatik, wa a’udzu bika minka laa uh-shi tsanaa-an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik” [Ya Allah, aku berlindung dengan keridhoan-Mu dari kemarahan-Mu, dan dengan kesalamatan-Mu dari hukuman-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjukan kepada diri-Mu sendiri]. (HR. Abu Daud, Tirmidzi, An Nasa-i dan Ibnu Majah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Do’a di Malam Lailatul Qadar

Sangat dianjurkan untuk memperbanyak do’a pada lailatul qadar, lebih-lebih do’a yang dianjurkan oleh suri tauladan kita –Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah. Beliau radhiyallahu ‘anha berkata, “Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab, “Katakanlah:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ [Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf lagi Maha Mulia yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku].” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

***

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Jumat, Agustus 05, 2011

jangan biarkan hati kita di curi...

alam itu kesemuanya berupa kegelapan...

sedang yang meneranginya hanya tampaknya kebenaran... yaitu Hak Allah pada-Nya...

maka siapa yang melihat alam... kemudian tidak melihat Allah didalamnya atau pada nya, atau sebelumnya, atau sesudahnya... maka benar-benar ia telah disilaukan oleh NUR Cahaya... dan bertutup baginya surya bahkan tertutup baginya NUR Ma'rifat oleh tebalnya awan benda-benda alam ini...

bahasa ini penuh khiasan...

melihat Allah bukan melihat Dzat-Nya tapi pandangan hati yang merasakan kehadiran Allah...

kenapa orang tertutup hatinya...?? karena terlalu banyak benda-benda (atau sesuatu selain Allah) yang menjadi tambatan hatinya...

seperti seseorang yang senang kepada barang (atau sesuatu selain allah)... takut barang ini hilang!!, takut barang ini rusak!!, tertambat hatinya kepada barang dan sesuatu...

padahal hilangnya barang..., rusaknya barang kesayangan atau sesuatu..., belum tentu suatu keburukan...

mungkin Allah menolong dia dengan hilangnya barang ini agar hatinya tidak terlau banyak berfikir tentang barang (atau sesuatu selain Allah)...

kita punya perhiasan yang bagus dan mahal... itu akan mencuri hati.... takut hilang!!, takut rusak!!, takut ada yang sama!!, takut dicuri!!....

ini memakan waktu, memakan fikiran, memakan perasaan... padahal waktu yang paling berharga adalah ingat kepada Allah yang memberi rizki...

berapa banyak orang yang tersita hanya sebuah gelang... dibanding dengan perhiasan keyakinan kepada Allah yang amat dahsyat..

oleh karena itu.... kalaupun kita memiliki dunia ini... (boleh miliki apa saja, yang halal, yang diizinkan.., ) tetapi jangan pernah mencuri hati ini...

semuanya hanyalah titipan..., semua milik Allah... (biasakan ini)

sehingga kita tidak menjadi sombong dengan adanya, dan tidak berat ketika diambil oleh pemilik-Nya...

percayalah... semakin mahal, semakin bagus, semakin berharga (atau sesuatu selain Allah) dalam ukuran dunia... kalau tidak hati-hati bisa menjadi tabir penghalang kepada Allah....

biasakanlah... dan harus selalu dibiasakan... semua hanyalah titipan, semua hanyalah milik Allah, semua hanyalah dalam kekuasaan Allah...

ada dan tiada hanya menjadi amal kalau benar dalam menyikapinya....

ketika ada kita bersyukur penuh dengan kerendahan hati

ketika tiada kita bersabar...

maka ada dan tiada tetap membawa manfaat..

beda dengan yang tumpuannya hanya benda (atau sesuatu selain Allah)... dia tidak akan bisa mengenal Allah...

cemas... hanya karena cemas takut rusak, takut hilang...

padahal rusak itu ada ajalnya..

mudah-mudahan kita dikaruniai oleh Allah... tubuh yang lekat dengan dunia, tapi hati lekat dengan yang mencipta dan memiliki Dunia berikut isinya..

duhai Allah yang menguasai langit dan bumi,

duhai Allah yang menciptakan diri-diri kami,

yang mendetakan jantung ini

yang memberikan nikmat yang tiada bertepi

engkaulah yang menciptakan dan mengurusi diri kami setiap waktu

rob.. bukakan diri kami agar selalu sadar..., bahwa diri ini milik-Mu

jangan biarkan kelebihan yang engkau karuniakan membuat kami uzub, riya dan takabur...

melainkan golongkan kami menjadi orang yang selalu tawadhu

rob... jangan biarkan pemberian-Mu memperbudak diri kami

betapapun dunia engkau berikan kepada kami, jangan pernah biarkan dunia ini mengisi hati ini

cukupkan hati kami hanya Engkau ya Allah... hanya Engkau...

jangan biarkan pujian dan penghargaan makhluk-makhluk-Mu mencuri hati kami

jangan biarkan kedudukan mencuri hati kami

ya allah izinkanlah hati ini hanya untuk-Mu, hanya karena-Mu, hanya merindukan-Mu, hanya berharap kepada-Mu.

Tiada Tuhan selain Engkau wahai pencipta kami, tiada tuhan selain engkau wahai tujuan kami

http://www.club-pecinta-alquran.com/

Sabtu, Juli 02, 2011

Persiapkan Diri Menyambut Ramadhan!

Oleh Ustadz Muhammad Nur Ichwan Muslim

Wahai kaum muslimin, hendaknya kita mengetahui bahwa salah satu nikmat yang banyak disyukuri meski oleh seorang yang lalai adalah nikmat ditundanya ajal dan sampainya kita di bulan Ramadhan. Tentunya jika diri ini menyadari tingginya tumpukan dosa yang menggunung, maka pastilah kita sangat berharap untuk dapat menjumpai bulan Ramadhan dan mereguk berbagai manfaat di dalamnya.

Bersyukurlah atas nikmat ini. Betapa Allah ta’ala senantiasa melihat kemaksiatan kita sepanjang tahun, tetapi Dia menutupi aib kita, memaafkan dan menunda kematian kita sampai bisa berjumpa kembali dengan Ramadhan.

Ketidaksiapan yang Berbuah Pahit

Imam Abu Bakr Az Zur’i rahimahullah memaparkan dua perkara yang wajib kita waspadai. Salah satunya adalah [اَلتَّهَاوُنُ بِالْأَمْرِ إِذَا حَضَرَ وَقْتُهُ], yaitu kewajiban telah datang tetapi kita tidak siap untuk menjalankannya. Ketidaksiapan tersebut salah satu bentuk meremehkan perintah. Akibatnya pun sangat besar, yaitu kelemahan untuk menjalankan kewajiban tersebut dan terhalang dari ridha-Nya. Kedua dampak tersebut merupakan hukuman atas ketidaksiapan dalam menjalankan kewajiban yang telah nampak di depan mata.[1]

Abu Bakr Az Zur’i menyitir firman Allah ta’ala berikut,

فَإِنْ رَجَعَكَ اللَّهُ إِلَى طَائِفَةٍ مِنْهُمْ فَاسْتَأْذَنُوكَ لِلْخُرُوجِ فَقُلْ لَنْ تَخْرُجُوا مَعِيَ أَبَدًا وَلَنْ تُقَاتِلُوا مَعِيَ عَدُوًّا إِنَّكُمْ رَضِيتُمْ بِالْقُعُودِ أَوَّلَ مَرَّةٍ فَاقْعُدُوا مَعَ الْخَالِفِينَ (٨٣)

“Maka jika Allah mengembalikanmu kepada suatu golongan dari mereka, kemudian mereka minta izin kepadamu untuk keluar (pergi berperang), Maka katakanlah: “Kamu tidak boleh keluar bersamaku selama-lamanya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi berperang kali yang pertama. karena itu duduklah bersama orang-orang yang tidak ikut berperang.” (At Taubah: 83).

Renungilah ayat di atas baik-baik! Ketahuilah, Allah ta’ala tidak menyukai keberangkatan mereka dan Dia lemahkan mereka, karena tidak ada persiapan dan niat mereka yang tidak lurus lagi. Namun, bila seorang bersiap untuk menunaikan suatu amal dan ia bangkit menghadap Allah dengan kerelaan hati, maka Allah terlalu mulia untuk menolak hamba yang datang menghadap-Nya. Berhati-hatilah dari mengalami nasib menjadi orang yang tidak layak menjalankan perintah Allah ta’ala yang penuh berkah. Seringnya kita mengikuti hawa nafsu, akan menyebabkan kita tertimpa hukuman berupa tertutupnya hati dari hidayah.

Allah ta’ala berfirman,

وَنُقَلِّبُ أَفْئِدَتَهُمْ وَأَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوا بِهِ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَنَذَرُهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (١١٠)

“Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al Quran) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat.” (Al An’am: 110).

Persiapkan Amal Shalih dalam Menyambut Ramadhan

Bila kita menginginkan kebebasan dari neraka di bulan Ramadhan dan ingin diterima amalnya serta dihapus segala dosanya, maka harus ada bekal yang dipersiapkan.

Allah ta’ala berfirman,

وَلَوْ أَرَادُوا الْخُرُوجَ لأعَدُّوا لَهُ عُدَّةً وَلَكِنْ كَرِهَ اللَّهُ انْبِعَاثَهُمْ فَثَبَّطَهُمْ وَقِيلَ اقْعُدُوا مَعَ الْقَاعِدِينَ (٤٦)

“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan kepada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.” (At Taubah: 46).

Harus ada persiapan! Dengan demikian, tersingkaplah ketidakjujuran orang-orang yang tidak mempersiapkan bekal untuk berangkat menyambut Ramadhan. Oleh sebab itu, dalam ayat di atas mereka dihukum dengan berbagai bentuk kelemahan dan kehinaan disebabkan keengganan mereka untuk melakukan persiapan.

Sebagai persiapan menyambut Ramadhan, Rasulullah memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu berkata,

وَلَمْ أَرَهُ صَائِمًا مِنْ شَهْرٍ قَطُّ أَكْثَرَ مِنْ صِيَامِهِ مِنْ شَعْبَانَ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً

“Saya sama sekali belum pernah melihat rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa dalam satu bulan sebanyak puasa yang beliau lakukan di bulan Sya’ban, di dalamnya beliau berpuasa sebulan penuh.” Dalam riwayat lain, “Beliau berpuasa di bulan Sya’ban, kecuali sedikit hari.”[2]

Beliau tidak terlihat lebih banyak berpuasa di satu bulan melebihi puasanya di bulan Sya’ban, dan beliau tidak menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan.

Generasi emas umat ini, generasi salafush shalih, meeka selalu mempersiapkan diri menyambut Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Sebagian ulama salaf mengatakan,

كَانُوا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ

”Mereka (para sahabat) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadlan.”[3]

Tindakan mereka ini merupakan perwujudan kerinduan akan datangnya bulan Ramadhan, permohonan dan bentuk ketawakkalan mereka kepada-Nya. Tentunya, mereka tidak hanya berdo’a, namun persiapan menyambut Ramadhan mereka iringi dengan berbagai amal ibadah.

Abu Bakr al Warraq al Balkhi rahimahullah mengatakan,

شهر رجب شهر للزرع و شعبان شهر السقي للزرع و رمضان شهر حصاد الزرع

“Rajab adalah bulan untuk menanam, Sya’ban adalah bulan untuk mengairi dan Ramadhan adalah bulan untuk memanen.”[4]

Sebagian ulama yang lain mengatakan,

السنة مثل الشجرة و شهر رجب أيام توريقها و شعبان أيام تفريعها و رمضان أيام قطفها و المؤمنون قطافها جدير بمن سود صحيفته بالذنوب أن يبيضها بالتوبة في هذا الشهر و بمن ضيع عمره في البطالة أن يغتنم فيه ما بقي من العمر

“Waktu setahun itu laksana sebuah pohon. Bulan Rajab adalah waktu menumbuhkan daun, Syaban adalah waktu untuk menumbuhkan dahan, dan Ramadhan adalah bulan memanen, pemanennya adalah kaum mukminin. (Oleh karena itu), mereka yang “menghitamkan” catatan amal mereka hendaklah bergegas “memutihkannya” dengan taubat di bulan-bulan ini, sedang mereka yang telah menyia-nyiakan umurnya dalam kelalaian, hendaklah memanfaatkan sisa umur sebaik-baiknya (dengan mengerjakan ketaatan) di waktu tesebut.”[5]

Wahai kaum muslimin, agar buah bisa dipetik di bulan Ramadhan, harus ada benih yang disemai, dan ia harus diairi sampai menghasilkan buah yang rimbun. Puasa, qiyamullail, bersedekah, dan berbagai amal shalih di bulan Rajab dan Sya’ban, semua itu untuk menanam amal shalih di bulan Rajab dan diairi di bulan Sya’ban. Tujuannya agar kita bisa memanen kelezatan puasa dan beramal shalih di bulan Ramadhan, karena lezatnya Ramadhan hanya bisa dirasakan dengan kesabaran, perjuangan, dan tidak datang begitu saja. Hari-hari Ramadhan tidaklah banyak, perjalanan hari-hari itu begitu cepat. Oleh sebab itu, harus ada persiapan yang sebaik-baiknya.

Jangan Lupa, Perbarui Taubat!

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُون

“Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.”[6]

Taubat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadhan. Dia ingin memasuki Ramadhan tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang akan memperkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadhan.

Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk bertaubat, karena taubat wajib dilakukan setiap saat. Allah ta’ala berfirman,

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٣١)

Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An Nuur: 31).

Taubat yang dibutuhkan bukanlah seperti taubat yang sering kita kerjakan. Kita bertaubat, lidah kita mengucapkan, “Saya memohon ampun kepada Allah”, akan tetapi hati kita lalai, akan tetapi setelah ucapan tersebut, dosa itu kembali terulang. Namun, yang dibutuhkan adalah totalitas dan kejujuran taubat.

Jangan pula taubat tersebut hanya dilakukan di bulan Ramadhan sementara di luar Ramadhan kemaksiatan kembali digalakkan. Ingat! Ramadhan merupakan momentum ketaatan sekaligus madrasah untuk membiasakan diri beramal shalih sehingga jiwa terdidik untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan di sebelas bulan lainnya.

Wahai kaum muslimin, mari kita persiapkan diri kita dengan memperbanyak amal shalih di dua bulan ini, Rajab dan Sya’ban, sebagai modal awal untuk mengarungi bulan Ramadhan yang akan datang sebentar lagi.

Ya Allah mudahkanlah dan bimbinglah kami. Amin.

Waffaqaniyallahu wa iyyakum.

Buaran Indah, Tangerang, 24 Rajab 1431 H.


[1] Badai’ul Fawaid 3/699.

[2] HR. Muslim: 1156.

[3] Lathaaiful Ma’arif hal. 232

[4] Lathaaiful Ma’arif hal. 130.

[5] Lathaaiful Ma’arif hal. 130.

[6] Hasan. HR. Tirmidzi: 2499.

Sumber: http://ikhwanmuslim.com/manajemen-hati/persiapkan-diri-menyambut-ramadhan