Rabu, November 30, 2011

Perindu Ukhuwah

Bismillahirrahmanirrahim..
Setiap insan harus mengerti..
meretas kehidupan dengan cinta persaudaraan..
Sebuah tembok kasih sayang dalam persamaan..
Tak kenal warna kulit, tak kenal harta benda..
Kita bersatu dalam jalinan Ukhuwah..
Mengenal hubungan dengan sesama muslim adalah hal yang menakjubkan apalagi dengan adanya internet yang bisa membawa kita pada dunia luas untuk mengenal setiap muslim tanpa mengenal warna kulit, ras, apalagi harta benda. Kita disatukan dalam keimanan dalam sebuah Ukhuwah Islamiyah.
Ketika sebuah ukhuwah yang kokoh yang dibangun dalam sebuah keimanan, ada saja upaya segolongan orang yang tidak suka atas persaudaraan. Tentu saja, setiap hal didunia ini diciptakan secara berpasangan. Termasuk dengan sebuah kedamaian, pasti ada pasangannya yaitu permusuhan atau orang yang ingin merusak sebuah kedamaian atau persaudaraan.
Mereka adalah para penebar fitnah dan kebohongan agar hubungan sesama muslim menjadi rusak. Tak ayal lagi, bila ada sebagian dari kita tidak dapat mempercayai saudara kita yang lain karna termakan berita-berita bohong atau fitnah.Maka, perlunya kita mempunyai sikap husnudzon atau berpikir positif terhadap saudara kita. Jangan langsung percaya terhadap orang-orang yang ingin memecah ukhuwah.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya sehingga kamu akan menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al-Hujurat 6)
Sebagian dari kita tak bisa membedakan kebenaran itu karna tertutupi hal yang batil. Jadi kita harus tahu hal yang mampu merusak ukhuwah yang dapat menyakiti saudara-saudara kita.
Pertama, janganlah kita mengolok-ngolok saudara kita yang lain.
“Wahai orang-orang yang beriman janganlah satu kaum memperolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olokkan).” (QS  Al-Hujurat 11).
Harus kita pahami, bisa jadi orang yang kita olok-olok ternyata jauh lebih baik dari kita. Perasaan kita yang mengolok-olok orang lain karna merasa diri kita lebih baik dari mereka, ini lah orang yang sombong. Orang yang sombong tidak dapat memperkuat sebuah ukhuwah.
Kedua, janganlah kita berburuk sangka terhadap saudara kita. Bila kita mendapatkan berita tentang saudara kita yang membuat kita jengah, jangan biarkan diri kita terbawa arus kebatilan. Segera tabayyun dan mencari penjelasan untuk menemukan kebenaran, agar hati kita pun nyaman.
Ketiga, janganlah kita menghina saudara kita dengan kata-kata yang menyakitkan. Tentu saja hal ini bisa menimbulkan rasa sakit hati yang membuat siapapun temasuk kita bisa timbul rasa benci diantara sesama muslim.
Keempat, janganlah kita menggelari saudara kita dengan gelar yang tidak dia sukai. Gelar yang buruk membuat dia merasa rendah diri bahkan tidak percaya diri sehingga dia tidak mau berkumpul bersama saudaranya. Tentu tak ada yang mau kalo hal ini sampai terjadi.
Kelima, janganlah kita suka mencari kesalahan saudara kita apalagi sampai kita menggibah dia seolah-olah kita tidak pernah melakukan suatu kesalahan. Memakan bangkai saja kita merasa jijik, mengapa memakan bangkai saudara kita sendiri, kita malah senang bahkan memakannya berulang-ulang. Naudzubillah..
Keenam, janganlah kita iri hati dengan kenikmatan yang diraih saudara kita. Hal seperti ini hanya akan menimbulkan kedengkian dihati kita, bahkan kita bisa saja nantinya merasa bahwa Allah tidak pernah memberikan nikmat pada kita. Padahal setiap waktu Allah memberikan nikmatnya pada kita.
Ukhuwah islamiyah akan mampu kita perkuat asalkan kita bisa meninggalkan hal-hal yang mampu merusak ukhuwah. Bila ukhuwah sudah rusak, tidak sedikit orang yang merasakan dampak akan sulitnya merajut kembali sebuah ukhuwah.
Bila ukhuwah sudah terajut, usahakanlah untuk tetap menjaganya, karna ukhuwah merupakan perwujudan betapa pentingnya persaudaraan dalam kehidupan kita.
Tegakanlah ukhuwah..
Rapatkan barisan kita..
Satukanlah tangan-tangan kita..
karna ku merindu persaudaraan ini..

‘tuk tegakkan kebenaran di Bumi Allah..

Jangan putus asa, berusahalah dengan sungguh-sungguh, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
Bismillaahirrohmaanirrohiim .......

Seorang penuntut ilmu tidak boleh futur dalam usahanya untuk memperoleh dan mengamalkan ilmu. Futur yaitu rasa malas, enggan, dan lamban dimana sebelumnya ia rajin, bersungguh-sungguh, dan penuh semangat.

Futur adalah satu penyakit yang sering menyerang sebagian ahli ibadah, para da’i, dan penuntut ilmu. Sehingga seseorang menjadi lemah dan malas, bahkan terkadang berhenti sama sekali dari melakukan aktivitas kebaikan.

Orang yang terkena penyakit futur ini berada pada tiga golongan, yaitu:

1). Golongan yang berhenti sama sekali dari aktivitasnya dengan sebab futur, dan golongan ini banyak sekali.

2). Golongan yang terus dalam kemalasan dan patah semangat, namun tidak sampai berhenti sama sekali dari aktivitasnya, dan golongan ini lebih banyak lagi.

3). Golongan yang kembali pada keadaan semula, dan golongan ini sangat sedikit. [1]

Futur memiliki banyak dan bermacam-macam sebab. Apabila seorang muslim selamat dari sebagiannya, maka sedikit sekali kemungkinan selamat dari yang lainnya. Sebab-sebab ini sebagiannya ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus.

Di antara sebab-sebab itu adalah.

1). Hilangnya keikhlasan.
2). Lemahnya ilmu syar’i.
3). Ketergantungan hati kepada dunia dan melupakan akhirat.
4). Fitnah (cobaan) berupa isteri dan anak.
5). Hidup di tengah masyarakat yang rusak.
6). Berteman dengan orang-orang yang memiliki keinginan yang lemah dan cita-cita duniawi.
7). Melakukan dosa dan maksiyat serta memakan yang haram.
8). Tidak mempunyai tujuan yang jelas (baik dalam menuntut ilmu maupun berdakwah).
9). Lemahnya iman.
10). Menyendiri (tidak mau berjama’ah).
11). Lemahnya pendidikan. [2]

Futur adalah penyakit yang sangat ganas, namun tidaklah Allah menurunkan penyakit melainkan Dia pun menurunkan obatnya. Akan mengetahuinya orang-orang yang mau mengetahuinya, dan tidak akan mengetahuinya orang-orang yang enggan mengetahuinya.

Di antara obat penyakit futur adalah.

1). Memperbaharui keimanan.
Yaitu dengan mentauhidkan Allah dan memohon kepada-Nya agar ditambah keimanan, serta memperbanyak ibadah, menjaga shalat wajib yang lima waktu dengan berjama’ah, mengerjakan shalat-shalat sunnah rawatib, melakukan shalat Tahajjud dan Witir. Begitu juga dengan bersedekah, silaturahmi, birrul walidain, dan selainnya dari amal-amal ketaatan.
2). Merasa selalu diawasi Allah Ta’ala dan banyak berdzikir kepada-Nya.
3). Ikhlas dan takwa.
4). Mensucikan hati (dari kotoran syirik, bid’ah dan maksiyat).
5). Menuntut ilmu, tekun menghadiri pelajaran, majelis taklim, muhadharah ilmiyyah, dan daurah-daurah syar’iyyah.
6). Mengatur waktu dan mengintrospeksi diri.
7). Mencari teman yang baik (shalih).
8). Memperbanyak mengingat kematian dan takut terhadap suul khatimah (akhir kehidupan yang jelek).
9). Sabar dan belajar untuk sabar.
10). Berdo’a dan memohon pertologan Allah. [3]

PENUNTUT ILMU TIDAK BOLEH PUTUS ASA DALAM MENUNTUT ILMU DAN WASPADA TERHADAP BOSAN

Sebab, bosan adalah penyakit yang mematikan, membunuh cita-cita seseorang sebesar sifat bosan yang ada pada dirinya. Setiap kali orang itu menyerah terhadap kebosanan, maka ilmunya akan semakin berkurang. Terkadang sebagian kita berkata dengan tingkah lakunya, bahkan dengan lisannya, “Saya telah pergi ke banyak majelis ilmu, namun saya tidak bisa mengambil manfaat kecuali sedikit.”

Ingatlah wahai saudaraku, kehadiran Anda dalam majelis ilmu cukup membuat Anda mendapatkan pahala. Bagaimana jika Anda mengumpulkan antara pahala dan manfaat? Oleh karena itu, janganlah putus asa. Ketahuilah, ada beberapa orang yang jika saya ceritakan kisah mereka, maka Anda akan terheran-heran. Di antaranya, pengarang kitab Dzail Thabaqaat al-Hanabilah. Ketika menulis biografi, ia menyebutkan banyak cerita unik beberapa orang ketika mereka menuntut ilmu.

‘Abdurrahman bin an-Nafis -salah seorang ulama madzhab Hanbali- dulunya adalah seorang penyanyi. Ia mempunyai suara yang bagus, lalu ia bertaubat dari kemunkaran ini. Ia pun menuntut ilmu dan ia menghafal kitab al-Haraqi, salah satu kitab madzhab Hanbali yang terkenal. Lihatlah bagaimana keadaannya semula. Ketika ia jujur dalam taubatnya, apa yang ia dapatkan?

Demikian pula dengan ‘Abdullah bin Abil Hasan al-Jubba’i. Dahulunya ia seorang Nashrani. Kelurganya juga Nashrani bahkan ayahnya pendeta orang-orang Nashrani sangat mengagungkan mereka. Akhirnya ia masuk Islam, menghafal Al-Qur-an dan menuntut ilmu. Sebagian orang yang sempat melihatnya berkata, “Ia mempunyai pengaruh dan kemuliaan di kota Baghdad.”

Demikian juga dengan Nashiruddin Ahmad bin ‘Abdis Salam. Dahulu ia adalah seorang penyamun (perampok). Ia menceritakan tentang kisah taubatnya dirinya: Suatu hari ketika tengah menghadang orang yang lewat, ia duduk di bawah pohon kurma atau di bawah pagar kurma. Lalu melihat burung berpindah dari pohon kurma dengan teratur. Ia merasa heran lalu memanjat ke salah satu pohon kurma itu. Ia melihat ular yang sudah buta dan burung tersebut melemparkan makanan untuknya. Ia merasa heran dengan apa yang dilihat, lalu ia pun taubat dari dosanya. Kemudian ia menuntut ilmu dan banyak mendengar dari para ulama. Banyak juga dari mereka yang mendengar pelajarannya.

Inilah sosok-sosok yang dahulunya adalah seorang penyamun, penyanyi dan ada pula yang Nashrani. Walau demikian, mereka menjadi pemuka ulama, sosok mereka diacungi jempol dan amal mereka disebut-sebut setelah mereka meninggal.

Jangan putus asa, berusahalah dengan sungguh-sungguh, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah. Walaupun Anda pada hari ini belum mendapatkan ilmu, maka curahkanlah terus usahamu di hari kedua, ketiga, keempat,.... setahun, dua tahun, dan seterusnya...[4]

Seorang penuntut ilmu tidak boleh terburu-buru dalam meraih ilmu syar’i. Menuntut ilmu syar’i tidak bisa kilat atau dikursuskan dalam waktu singkat. Harus diingat, bahwa perjalanan dalam menuntut ilmu adalah panjang dan lama, oleh karena itu wajib sabar dan selalu memohon pertolongan kepada Allah agar tetap istiqamah dalam kebenaran.

[Disalin dari buku Menuntut Ilmu Jalan Menuju Surga “Panduan Menuntut Ilmu”, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit Pustaka At-Taqwa, PO BOX 264 – Bogor 16001 Jawa Barat – Indonesia, Cetakan Pertama Rabi’uts Tsani 1428H/April 2007M]
__________
Foote Notes
[1]. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 22).
[2]. Lihat al-Futur Mazhaahiruhu wa Asbaabuhu wal ‘Ilaaj (hal. 43-71).
[3]. Ibid (hal. 88-119) dengan diringkas.
[4]. Ma’aalim fii Thariiq Thalabil ‘Ilmi (hal. 278-279


http://assunnah-qatar.com/index.php?option=com_content&task=view&id=467&Itemid=196Seorang penuntut ilmu tidak boleh terburu-buru dalam meraih ilmu syar’i. Menuntut ilmu syar’i tidak bisa kilat atau dikursuskan dalam waktu singkat. Harus diingat, bahwa perjalanan dalam menuntut ilmu adalah panjang dan lama, oleh karena itu wajib sabar dan selalu memohon pertolongan kepada Allah agar tetap istiqamah dalam kebenaran.

http://www.facebook.com/ladyukhti

Sabtu, November 19, 2011

Orang yang mengajarkan ilmu agama pengabulan bagi semua permohonan ampun yang disampaikan oleh seluruh makhluk untuknya

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...Bismillaahirrohmaanirrohiim ....

Keutamaan Menyebarkan Ilmu Agama

Dari Abu Umamah al-Baahili radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

« إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، حَتَّى النَّمْلَةَ فِى جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ، لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ »

“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia”[1].

Hadits yang agung ini menunjukkan besarnya keutamaan seorang yang mempelajari ilmu agama[2] yang bersumber dari al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian menyebarkannya kepada umat manusia[3]. Imam Abdullah bin al-Mubarak rahimahullah berkata, “Aku tidak mengetahui setelah (tingkatan) kenabian, kedudukan yang lebih utama dari menyebarkan ilmu (agama)”[4].

Dalam hadist lain yang semakna dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya orang yang memahami ilmu (agama dan mengajarkannya kepada manusia) akan selalu dimohonkan (kepada Allah Ta’ala) pengampunan (dosa-dosanya) oleh semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, termasuk ikan-ikan di lautan”[5].

Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:

- Makna shalawat dari Allah Ta’ala kepada hamba-Nya adalah limpahan rahmat, pengampunan, pujian, kemuliaan dan keberkahan dari-Nya[6]. Ada juga yang mengartikannya dengan taufik dari Allah Ta’ala untuk mengeluarkan hamba-Nya dari kegelapan (kesesatan) menuju cahaya (petunjuk-Nya), sebagaimana dalam firman-Nya:

    {هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا}

    “Dialah yang bershalawat kepadamu (wahai manusia) dan malaikat-Nya (dengan memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman” (QS al-Ahzaab:43)[7].

- Orang yang mengajarkan ilmu agama kepada manusia berarti telah menyebarkan petunjuk Allah Ta’ala yang merupakan sebab utama terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan alam semesta beserta semua isinya, oleh karena itu semua makhluk di alam semesta berterima kasih kepadanya dan mendoakan kebaikan baginya, sebagai balasan kebaikan yang sesuai dengan perbuatannya[8].

- Sebagian dari para ulama ada yang menjelaskan makna hadits ini bahwa Allah Ta’ala akan menetapkan bagi orang yang mengajarkan ilmu agama pengabulan bagi semua permohonan ampun yang disampaikan oleh seluruh makhluk untuknya[9].

- Tentu saja yang keutamaan dalam hadits ini khusus bagi orang yang mengajarkan ilmu agama dengan niat ikhlas mengharapkan wajah Allah Ta’ala, bukan untuk tujuan mencari popularitas atau imbalan duniawi[10].

- Para ulama yang menyebarkan ilmu agama adalah pewaris para Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam[11], karena merekalah yang menggantikan tugas para Nabi dan Rasul ‘alaihis salam, yaitu menyebarkan petunjuk Allah Ta’ala dan menyeru manusia ke jalan yang diridhai-Nya, serta bersabar dalam menjalankan semua itu, maka merekalah orang-orang yang paling mulia kedudukannya di sisi Allah Ta’ala setelah para Nabi dan Rasul ‘alaihis salam[12].

- Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Menyampaikan/menyebarkan sunnah (petunjuk) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat manusia lebih utama daripada menyampaikan (melemparkan) panah ke leher musuh (berperang melawan orang kafir di medan jihad), karena menyampaikan panah ke leher musuh banyak orang yang (mampu) melakukannya, sedangkan menyampaikan sunnah (petunjuk) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada umat manusia hanya (mampu) dilakukan oleh (para ulama) pewaris para Nabi ‘alaihis salam dan pengemban tugas mereka di umat mereka, semoga Allah Ta’ala menjadikan kita termasuk golongan mereka dengan karunia dan kemurahan-Nya”[13].

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Kendari, 13 Ramadhan 1431 HPenulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MAArtikel www.muslim.or.id

Catatan Kaki:

[1] HR at-Tirmidzi (no. 2685) dan ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabiir” (no. 7912), dalam sanadnya ada kelemahan, akan tetapi hadits ini dikuatkan oleh hadits lain yang semakna. Hadits ini dinyatakan hasan shahih oleh imam at-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani rahimahullah dalam “Silsilatul ahaditsish shahihah” (4/467).
[2] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (5/525).
[3] Lihat keterangan  imam Ibnul Qayyim dalam kitab “Miftaahu daaris sa’aadah” (1/63).
[4] Dinukil oleh imam al-Khathib al-Baghdadi dalam kitab “Tarikh Bagdad” (10/160).
[5] HR Abu Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682) dan Ibnu Hibban (no. 88), dishahihkan oleh imam Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani rahimahkumullah, serta dinyatakan hasan oleh imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab “Miftaahu daaris sa’aadah” (1/63).
[6] Lihat kitab “Zaadul masiir” (6/398).
[7] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (6/169).
[8] Lihat keterangan  Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab “Miftaahu daaris sa’aadah” (1/64) dan al-Muanawi dalam kitab “Faidhul Qadiir” (4/268).
[9] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (4/268).
[10] Lihat kitab “Faidhul Qadiir” (5/525)
.[11] Sebagaimana dalam HR Abu Dawud (no. 3641), at-Tirmidzi (no. 2682) dan Ibnu Hibban (no. 88), dishahihkan oleh imam Ibnu Hibban dan Syaikh al-Albani rahimahkumullah.
[12] Lihat keterangan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitab “Miftaahu daaris sa’aadah” (1/64).
[13] Kitab “Jala-ul afhaam” (hal. 415).

http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/keutamaan-menyebarkan-ilmu-agama.html

PELAJARAN KEHIDUPAN

Aku belajar bahwa..
kehidupan ini bermakna..dan masing-masing orang akan mendapatkan balasan setimpal dengan perbuatannya..

Aku belajar bahwa..
sebaik-baik hidup adalah hidup di bawah naungan Al-Qur’an dengan aqidah yang benar dan tauhid yang lurus..

Aku belajar bahwa..
kedzaliman adalah kegelapan..dan setiap orang dzalim pasti menyesal merasakan akibat perbuatannya..

Aku belajar bahwa..
dalam hidup ini aku harus selalu optimis dengan mengharap pertolongan-Nya dan tidak akan pernah putus asa dari rahmat-Nya..

Aku belajar bahwa..
aku harus melihat orang yang di bawah ku dalam urusan duniawi..agar aku selalu mensyukuri nikmat-Nya ..

Aku belajar bahwa..
kehidupan ini adalah ringan..mudah dan sederhana bagi orang yang mengetahui kebenaran..

Aku belajar bahwa.
aku tidak pernah meremehkan apapun..walau tampak kecil..remeh dan sederhana..

Aku belajar bahwa..
aku harus berprasangka baik kepada orang mukmin..terutama orang-orang yang ku cintai..
dan bahwa orang yang berprasangka buruk kepada orang mukmin..dikarenakan keburukan itu ada pada dirinya..lalu dia menyangka orang lain seperti itu..

Aku belajar bahwa..
orang yang paling berharga bagi ku adalah..orang yang mau berterus terang menegur dan mengingatkan ku..

Aku belajar bahwa..
kesuksesan tak mungkin ku dapatkan dengan bersantai..tanpa adanya kesungguhan dan keseriusan..

Aku belajar bahwa kebenaran pasti menang..dan kebatilan pasti kalah..

Aku belajar bahwa..
gangguan dalam kehidupan pasti ada..tapi ku tak boleh menyerah karenanya..

Aku belajar bahwa..
shalat malam..berdoa dan bermunajat di dalamnya..adalah sumber kekuatan dalam menjalani kehidupan ini..

Aku belajar bahwa..
Aku tidak dapat memaksa orang lain mencintai ku..tapi ku harus dapat melakukan kebaikan untuk orang lain..

Aku belajar bahwa..
persahabatan sejati senantiasa tumbuh walau dipisahkan oleh jarak yang jauh.. beberapa di antaranya melahirkan cinta sejati..

Aku belajar bahwa..
sebaik-baik sahabat pasti pernah melukai perasaan ku..dan untuk itu aku harus memaafkannya..

Aku belajar bahwa..
lingkungan dapat mempengaruhi pribadi ku..tapi ku harus bertanggung jawab untuk apa yang telah ku lakukan ..

Aku belajar bahwa..
tidaklah penting apa yang ku miliki..tapi yang penting adalah siapa aku ini sebenarnya ..

Aku belajar bahwa..
aku harus memilih..apakah menguasai sikap dan emosi..atau sikap dan emosi itu yang menguasai diri ku..

Aku belajar bahwa..
kata-kata manis disertai kerelaan adalah..saat perpisahan dengan orang yang ku cintai..

Aku belajar bahwa..
butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan..dan hanya butuh beberapa detik saja untuk menghancurkannya..

Aku belajar bahwa..
jika seseorang tidak menunjukkan perhatian seperti yang ku harapkan..bukan berarti bahwa dia tidak mencintai ku..

Aku belajar bahwa..
Aku harus belajar memaafkan diri sendiri dan orang lain..kalau tidak mau dikuasai perasaan bersalah terus menerus ..

Aku belajar bahwa..
tidak ada yang instant atau serba cepat di dunia ini..semua butuh proses..kecuali aku ingin sakit hati dan kecewa ..

Aku belajar bahwa..
aku punya hak untuk marah..tapi itu bukan berarti aku harus benci dan berlaku bengis..

Aku belajar bahwa..
pelajaran bukan hanya diambil dari orang baik..tapi justeru dari orang jahat lebih banyak pelajaran yang ku dapat dengan mengetahui kejahatannya dan meninggalkannya..

Aku belajar bahwa..
orang-orang yang ku kasihi..justru sering diambil segera dari kehidupan ku..

AKU BELAJAR DAN AKAN SELALU BELAJAR UNTUK MENJADI LEBIH BAIK DALAM MENJALANI HIDUP INI.

A Muslim Man's Love Letter

                                          أعوذ بالله من الشيطان الرجيم
                    I Seek Refuge With (ﺍﻟﻠﮧ)God From The Stoned Shaitan (Satan)

                                             بسم الله الرحمن الرحيم 
                    In The Name Of (ﺍﻟﻠﮧ)God, Most Gracious, Most Merciful.



                                    A Muslim Man's Love Letter
                                   ====================
                         

A Love Letter From A Muslim Man To The Girl He Loves.


If You Love Me, Don’t Confess Your Love To Me Through Haraam Ways,
This Won’t Please Me And Will Instead Drive Me Away!

Love Games Don’t Attract Me.
If You Love Me, Have Sabr And I Will Knock On Your Door When The Time Is Right.

Don’t Give Me Privileges Which I Don’t Deserve.
Keep Me Away From You, And I Will Approach You.

If You Approach Me, I Will Stay Away From You.
Don’t Love Me, For I Want You Ignorant In Love.

I Want To Teach You Love When The Right Time Comes And When You Will Be Mine,Only When We Are Joined Together Under Our Creator’s Satisfaction

Don’t Tell Me What You Feel, Don’t Give Me From Your Time, Don’t Push Me To Lose You.
I Am A Man Who Does Not Want To See The One He Loves Committing Sins Or To Live A Forbidden Love Behind Her Family’s Back.

I Don’t Want Her To Feel Guilty And Don’t Want Her Heart To Suffer.
Put Me Under Limits That I Won’t Cross, Kill Me Inside You So I Won’t Grow To Kill You Inside Me.

Preserve What Is Beautiful Inside You.
I Want You Innocent, Chaste, Pure.

I Want You My Love, But With ALLAH’s Blessings And Not Shaytan’s Whisperings.
And Then, Only Then, I Will Face Everything And Will Be Ready To Go Through Difficulties To Get You,

Don’t Be Easy Because Then, I May Not Value You. 
Don’t Love Me Now, So I Won’t Hate You!

My Heart Wants You And Doesn’t Want To Lose You.
I Don’t Want You To Be Just A Passing Fancy For Me,

I Want You A Wife, A Lover, The Mother Of My Children, I Want You To Be The One I Will Spend My Whole Life With.

How Could I Be A Faithful Man To You When I Try To Break Your Chastity?

How Would I Be Faithful To You If I Push You To Betray Your Family?


How Could I Trust A Love Which Grew Under ALLAH’s Wrath ?

To Make You Mine Through Niqah Is Islam’s Way,
Till Then Wait Patiently And Donot Dismay.

To Love You Means To Protect You,
To Love You Is To Bring You Closer To ALLAH And His Deen

To Preserve You Not To Kill What Is Beautiful Inside You.


-Your Husband-To-Be (ان شاء الله  ﺗﻌﺎﻟﯽٰ)


Surat 'Āli `Imrān (Family of Imran) - سورة آل عمران
Chapter No:03
Verse No :103

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

And hold fast, all of you together, to the Rope of Allah (i.e. this Quran), and be not divided among yourselves, and remember Allah's Favour on you, for you were enemies one to another but He joined your hearts together, so that, by His Grace, you became brethren (in Islamic Faith), and you were on the brink of a pit of Fire, and He saved you from it. Thus Allah makes His Ayat (proofs, evidences, verses, lessons, signs, revelations, etc.,) clear to you, that you may be guided.

 http://www.facebook.com/notes/muslim/a-muslim-mans-love-letter/297791660245575