Senin, Desember 19, 2011

Seberapa Pantas Kau untuk Ku Nantikan, akhi?

Bismillahirrahmanirrahim..
Akhi..Penantian panjang untuk menunggu akan aku lewati hanya untukmu, meski seribu kebimbangan menghantuiku, meski ribuan keraguan menjelma atas janjimu.
Aku hanya takut, benarkah kau pantas untuk ku nanti?
Akhi..Ku sembunyikan hati ini untuk memilih menantimu karena ku tahu aku sangat mencintaimu. Namun bukan berarti cinta ini mampu membutakanku agar aku menerima ketikdak pastian.
Aku hanya tak tahu, benarkah kau pantas untuk ku nanti?
Akhi..Senyumku ini akan ku leburkan bersama dakwah bersama pendamping yang mampu menuntunku pada Illahi. Bagaimana aku sanggup untuk tahu bahwa kau adalah seorang yang tepat untukku, sedangkan kau sendiri pun tak tahu.
Berilah aku jawaban, benarkah kau pantas untuk ku nanti?
Akhi..Bersamamu ku sadari hati ini ingin menetap, hingga waktu memberiku jawaban bahwa kau adalah pemilik hati ini. Namun sadarilah, bila aku harus tetap menanti sedangkan kau pun tak tahu sampai kapan aku harus menanti, hati terus mengusik kesadaranku.
Maka pastikanlah jawabanmu, benarkah kau pantas ku nanti?
Bila kau memang pantas aku nantikan, ijinkan aku memintamu untuk segera meminang ku dalam kesendirian. Jangan biarkan aku dalam ragu, yakinkanlah hatiku.
Bila kau memang pantas aku nantikan, segera palingkan aku dalam kepahitan janji. Besegeralah datangi kedua orang tuaku, jangan kau terus biarkan aku menanti dengan alasan-alasan yang tak pernah aku mengerti.
Bila kau memang pantas aku nantikan, biarkan cinta yang ada di hatimu tersimpan rapat sebelum kau halalkan aku. Jangan kau impikan aku dengan cintamu.
***
Harapan yang diberikan kadang memang lebih besar daripada apa yang mampu dijalani, apalagi bila kekasih hati pujaan jiwa yang memberikan. Atas nama cinta, seribu tahun pun mau menanti asal bisa dimiliki sang kekasih.
Aduh ukhti..sadarilah, sudah beberapa kali saya membuat sebuah torehan tentang mirisnya hati ini bila masih ada seorang muslimah yang mau menanggung ketidakpastian. Semua hanya atas dasar cinta bersulam janji.
Baru diberi SmS rayuan, chat gombal, pesan yang melayang-layangkan hati, kamu sudah mau meruntuhkan izzahmu, kehormatanmu yang kamu selalu gadang-gadangkan. Tapi dihadapan ikhwan genit yang suka mengobral janji, kamu sudah tertunduk mengangguk.
Ukhti fillah, jagalah hatimu karena syetan selalu mengintai hidupmu. Bukankah saya sudah sering torehkan dalam tulisan sebelumnya, bila memang ada seorang ikhwan yang serius padamu, dia tidak akan mampu mengumbar cintanya padamu. Justru dia akan menjaga cintanya dan cintamu sampai kamu halal baginya.
Kalaupun ikhwan itu belum sanggup meminangmu, dia tidak akan mengobral janji-janji yang membuatmu terhanyut. Yakinlah ukhti, Allah Azza Wa Jalla tak akan membiarkanmu dalam kesendirian, jadi sadarilah, dia akan datang di saat yang tepat untukmu.
Namun sebelum dia datang dan pada akhirnya kamu tautkan cinta dan pengabdianmu padanya, jagalah hatimu untuknya agar dia menjaga hatinya untukmu. Jagalah kehormatanmu agar dia pun menjaga kehormatannya sampai kalian dipertemukan kelak. Insyaallah dalam naungan yang bernama pernikahan.
Wallahu a’lam bish shawwab.

http://www.bukanmuslimahbiasa.com/2011/08/seberapa-pantas-kau-untuk-ku-nantikan-akhi.html

Minggu, Desember 11, 2011

Pria Yang Tidak Lalai Mengingat Allah

Inilah sifat pria yang tidak lalai dari mengingat Allah. Kesibukan dunia mereka tidak membuat mereka berpaling dari ketaatan dan perintah Allah. Perdagangan dan jual beli pun tidak membuat mereka jauh dari Allah. Ketika ada panggilan shalat, mereka pun memenuhi panggilan tersebut. Dan lisan mereka tidaklah lepas dari dzikrullah.
Allah Ta’ala berfirman,
رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.” (QS. An Nur: 37)
Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah menerangkan,
Ia adalah pria yang dunianya tidak membuatnya jauh dari Rabbnya. Sama sekali kesibukan perniagaan dan mencari nafkah tidaklah mempengaruhinya. Tijaroh (perniagaan) di sini mencakup segala bentuk perdagangan untuk meraih upah. Sedangkan bai’ (jual beli) adalah bentuk lebih khusus dari perniagaan. Karena dalam perniagaan lebih banyak ditemukan transaksi jual beli. Pujian pada pria di sini bagi mereka yang berdagang dan melakukan jual beli, dan asalnya perbuatan tersebut tidaklah terlarang. Meskipun tidak terlarang, akan tetapi hal-hal tadi tidaklah mempengaruhi mereka dari mengingat Allah, mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Bahkan mereka menjadikan ibadah dan ketaatan pada Allah sebagian tujuan hidup mereka. Jadi perdagangan tadi tidaklah sama sekali menghalangi mereka menggapai ridho Allah.
Namun hati kebanyakan orang adalah sangat menaruh perhatian pada dunia. Mereka sangat mencintai penghidupan mereka. Dan sangat sulit mereka –pada umumnya- meninggalkan dunia mereka. Bahkan mereka pun bersusah payah hingga meninggalkan kewajiban pada Allah. Berbeda dengan yang disebutkan dalam ayat ini, mereka begitu takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. Karena mengingat kegoncangan hari kiamat tersebut, akhirnya mereka pun semakin mudah beramal dan meninggalkan hal yang melalaikan mereka dari Allah. (Taisir Al Karimir Rahman, 569)
Yang dimaksud dengan dzikir pada Allah (dzikrullah) dalam ayat di atas, ada tiga pendapat:
  1. Shalat lima waktu
  2. Mengerjakan hak Allah
  3. Dzikir pada Allah dengan lisan.
Sedangkan yang dimaksud dengan menegakkan shalat adalah mengerjakan tepat waktu dan menyempurnakannya. (Lihat Zaadul Masiir, Ibnul Jauzi)
Sa’id bin Abul Hasan dan Adh Dhohak berkata,
لا تلهيهم التجارة والبيع أن يأتوا الصلاة في وقتها
“Yang dimaksud ayat tersebut adalah perniagaan dan jual beli tidaklah membuat mereka lalai dari mendatangi shalat tepat pada waktunya.”
Mathor Al Warroq berkata,
كانوا يبيعون ويشترون، ولكن كان أحدهم إذا سمع النداء وميزانُه في يده خفضه، وأقبل إلى الصلاة.
“Yang dimaksud ayat tersebut adalah mereka biasa melakukan jual beli. Akan tetapi jika mereka mendengar adzan lalu timbangan dagangan mereka berada di tangan mereka, mereka pun meninggalkannya. Lalu mereka memenuhi panggilan shalat.”
As Suddi mengatakan mengenai ayat tersebut,
عن الصلاة في جماعة
“Mereka tidak lalai dari shalat jama’ah” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 10: 252-253)
Dalam ayat di atas disebutkan,
تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ
“Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang”. Yaitu hati mereka dalam keadaan khawatir apakah mereka akan selamat ataukah celaka. Dan penglihatan mereka pun kebingungan melihat kiri dan kanan. (Tafsir Al Jalalain)
Ayat di atas serupa dengan ayat,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al Munafiqun: 9)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al Jum’ah: 9)
Apa balasan Allah pada laki-laki yang punya sifat demikian?
لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
(Meraka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. An Nur: 38). Jika disebut seseorang berinfak tanpa batas, maksudnya karena saking banyaknya sehingga infak yang diberikan tidak bisa dihitung (Lihat Tafsir Al Jalalain).
Ya Allah, jadikanlah kami seperti yang disebutkan dalam ayat ini.
Semoga perdagangan dan kesibukan kami mencari nafkah tidak membuat kami lalai dari mengingat Allah, shalat pada waktunya dan kewajiban lainnya. Semoga lisan ini pun dimudahkan untuk selalu sibuk dengan dzikir mengingat Allah di kala waktu senggang dan waktu sibuk.
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.

@ Sabic Lab, Riyadh KSA, 4 Muharram 1432 H

http://www.rumaysho.com/belajar-islam/tafsir-al-quran/3616-pria-yang-tidak-lalai-dari-mengingat-allah.html

Jumat, Desember 09, 2011

from Mario Teguh

Engkau yang rindu untuk dirindukan, dengarlah ini …

Namamu akan menjadi suara yang merdu di telinga sesamamu, jika engkau menyebut nama sesamamu dengan penghormatan dan kasih sayang.

Sesamamu rindu mendengar suaramu, jika yang kau katakan adalah yang baik tentang dan bagi mereka, dan engkau mengatakannya dengan kelembutan yang kau pantaskan bagi bayi yang baru kau terima dari Tuhan.

Mereka rindu melihat wajahmu, jika engkau menghiasinya dengan senyum yang mewakili keluasan hatimu untuk menerima kekurangan dan merayakan kehebatan mereka.

Mereka rindu menggenggam erat tanganmu, jika sentuhanmu meneruskan doa dari hatimu ke hati sesamamu.

Dan sesamamu merindukan kehadiranmu, jika engkau membantu mereka berdamai dengan masa lalu mereka, mensyukuri hidup mereka hari ini, dan bersemangat menyambut kemungkinan baik mereka di masa depan.

Jika itu semua yang kau ikhlaskan menjadi kualitas dirimu, maka itulah yang juga dirindukan oleh Tuhanmu - agar engkau menjadi rahmat bagi sesamamu.

Dengannya, engkau menjadi sebaik-baik manusia, yang menjadi hadiah Tuhan bagi kebahagiaan sesamamu dan pelestarian keindahan alam.

Aamiin

Kamis, Desember 01, 2011

Salahkah Seorang Ikhwan Memilih Calon Istri yang Cantik?

Kecantikan tetap merupakan daya tarik yang memikat setiap lelaki di dunia ini. Wajarlah jika para produsen menggunakan jasa wanita cantik untuk melariskan barang dagangan mereka dan memang tak bisa dipungkiri! Begitupula masalah memilih pasangan hidup tentu setiap lelaki memiliki kriteria tertentu tentang calon istri yang akan di nikahinya. Kalau mau jujur dalam setiap kriteria itu diantara salah satunya adalah menginginkan calon istrinya berwajah cantik atau sedap dipandang mata, tidak membosankan. Salahkah bila seorang ikhwan menghendaki atau menginginkan seorang istri yang cantik?
Wahai ukhti saudariku,.. jangan bersungut dahulu menyalahkan si ikhwan yang berselera demikian. Karena pernikahan itu sendiri adalah ibadah, terkadang iman akan naik dan turun. Tentunya sangat membutuhkan sebab-sebab yang dapat merekatkan tali pernikahan dimasa mendatang. Bila kecantikan adalah merupakan daya tarik bagi si ikhwan itu yang nantinya akan mengekalkan hubungan percintaan (pernikahan)dan kasih sayangnya kepada wanita yang akan di nikahinya maka islam tidaklah melarangnya. Karena ia adalah fitrah atau naluri yang Allah subhanahu wata’ala ciptakan untuk manusia. Coba kita simak hadits berikut ini, dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu alaihi wassalam beliau bersabda:
“wanita itu biasa dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena kemuliaan keturunannya, karena kecantikannya dan karena agamanya. Maka pilihlah yang beragama, karena kalau tidak niscaya engkau akan merugi”1
Kemudian marilah kita simak penjelasan fiqh hadits diatas:2
Dalam hadits diatas menjelaskan kepada kita tentang adat atau kebiasaan laki-laki menikahi wanita karena salah satu dari empat perkara diatas.Yaitu diantara mereka mengutamakan (cenderung) kepada harta, kemulian keturunannya (nasabnya), kecantikannya, dan karena agama si wanita tersebut.Kemudian Nabi kita yang mulia memberikan petunjuk kepada kita agar memilih yang tertinggi dan termulia yang akan memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat yaitu pilihlah yang beragama.Yaitu pilihlah wanita karena keshalihahannya.
Tetapi hal ini tidak berarti bahwa laki-laki tidak boleh memilih wanita yang cantik dan seterusnya. Tidak demikian! Ini adalah sebuah kesalahan di dalam memahami hadits. Akan tetapi maksudnya -Insya Allah- seperti ini:
Misalnya ada seorang laki-laki memilih wanita yang cantik parasnya. Kemudian dia melihat apakah pilihannya seorang wanita shalihah? Kalau jawabannya adalah: ‘ya’ maka dia boleh melanjutkan pilihannya. Kiaskanlah dengan keistimewaan yang lainnya! Tetapi kalau jawabannya ‘tidak’, maka dia dihadapkan kepada dua pilihan yang salah satunya harus dia tentukan dan tetapkan. Kalaupun dia melanjutkan pilihannya berarti dia telah mendahulukan kecantikan dari keshalihan.Kalaupun dia membatalkan pilihannya berarti dia telah mendahulukan keshalihan (agama) dari kecantikan. Atau ketika akan memilih dia menentukan sesuai dengan apa yang dia mau atau sesuai dengan seleranya misalnya: “Saya akan memilih wanita yang cantik, yang tinggi, yang putih, yang begini dan begitu dan seterusnya.” Pilihan yang seperti ini dibolehkan dan agama tidak pernah melarangnya.Karena memang berjalan dengan fitrah manusia. Oleh karena itu Nabi kita shalallahu alaihi wassalam mengatakan: “Wanita itu biasa dinikahi karena empat perkara…”
Akan tetapi tetap saja penentuan akhirnya ada pada agama si akhwat tersebut, sebagaimana sabda Nabi mengakhiri dan menutup sabdanya: Maka pilihlah yang beragama! Maksudnya janganlah kau kalahkan agamamu dengan segala kecantikan dan harta benda duniawi. Padahal sebaik-baik kesenangan, kemewahan, harta benda dunia adalah wanita shalihah. Kalau pilihanmu jatuh pada wanita shalihah berarti engkau telah memiliki harta benda dan kesenangan dunia yang terbaik. Istimewa kalau wanita shalihah pilihanmu itu seperti yang kau ingini. Hukum ini juga berlaku bagi setiap muslimah yang akan menjatuhkan pilihannya kepada laki-laki muslim.
Setelah tahu penjelasan hadits diatas tentu kita melihat betapa indahnya islam sejalan dengan fitrah manusia. Karena kecenderungan merupakan hak mutlak bagi setiap pasangan yang akan menikah untuk mengekalkan hubungan mereka maka islampun menganjurkan agar mereka melihat (nazhar) hal-hal yang dapat membuat mereka tertarik untuk segera menikah dan salah satunya adalah faktor kecantikan yang dimana terkadang sangat mempengaruhi hati atau hasrat seorang laki-laki untuk segera menikahi wanita yang telah dilihatnya. Wallahu ‘alam.
Sumber:
- Al Masail Masalah-masalah Agama jilid 7, Abdul hakim Abdat, Darus Sunnah, Jakarta, 2006.
- Fiqh Wanita, Syaikh Kamil Uwaidah, Pustaka Kautsar.
Artikel ini telah di muraja’ah oleh ustadz Eko Haryanto Lc (Abu Ziyad)
http://jilbab.or.id/archives/526-salahkah-seorang-ikhwan-memilih-calon-istri-yang-cantik/#more-526

Kiat Mendidik Anak Agar Sholeh Dan Sholehah insha Allah


“A-úthu billáhi minash shaytánir rajeem. Bismilláhir rahmánir raheem

Menulis di atas kertas yang sudah penuh dengan noda dan coretan tentunya akan sangat sulit daripada menulis di atas kertas putih yang masih polos. Kita akan dapat menulis, menggambar, dan memberinya warna dengan mudah, sesuai dengan keinginan kita.” Dalam sebuah riwayat telah dikatakan bahwa ada tiga macam amal yang tidak akan pernah terputus pahalanya, yaitu shodaqoh jariyah, anak yang sholih, dan ilmu yang bermanfaat.
Merujuk pada kandungan hadits tersebut, satu poin yang cocok dengan tema kita dalam rubrik panduan kita keluarga kali ini adalah “kiat mendidik anak agar menjadi sholih atau sholihah”.
Coba anda bayangkan sejenak, bagaimanakah jadinya hari-hari anda, hidup anda, masa tua anda, bahkan nasib anda setelah meninggalkan dunia ini, jika memiliki seorang anak yang bermoral bejat, durhaka kepada Alloh dan orang tua. Na’udzubillah! Tentunya hari-hari dalam kehidupan keluarga anda akan jauh dari keharmonisan. Mungkin setiap hari anda akan berteriak-teriak, marah-marah, makan hati karena melihat tingkah laku anak anda yang suka berjudi, berkelahi, minum-minuman keras, pecandu narkoba, dan segala tingkah laku yang menyimpang dari syariat islam.
Dan Insya Alloh akan lain keadaan yang anda rasakan, jika memiliki seorang anak yang sholih atau sholihah. misalnya Yang laki-laki hobi ke masjid untuk sholat berjama’ah, yang perempuan rajin mengaji dan membantu orang tua, keduanya mengerti akan tugas-tugasnya sebagai seorang pelajar, rajin mendo’a kan kedua orang tuanya, dan tidak pernah menyakiti hati kedua orang tuanya baik dengan sikap maupun tutur katanya. Kalau sudah begitu…siapa yang tidak mendambakan memiliki anak yang sholih atau sholihah?
Dalam hal ini ada sebuah peribahasa yang mengatakan “Menuntut ilmu di masa muda bagai mengukir di atas batu, menuntut ilmu di masa tua bagai mengukir di atas air”.
Bila kita mengharapakan seorang anak yang sholih atau sholihah, hendaknya semua itu dapat kita perjuangkan sejak dini. Beri ilmu pengetahuan dan pemahaman tentang agama islam kepada anak sejak dini. Karena, pada usia dini seorang anak laksana kertas putih yang belum bernoda setitikpun, sehingga akan mudah bagi kita untuk menulisinya dengan kalimat-kalimat islami dan Robbani di atasnya. Lain halnya jika kita baru mulai memberikan pendidikan di usianya yang sudah mulai dewasa, meskipun tidak menutup kemungkinan untuk berhasil, namun tentunya hal tersebut akan jauh lebih sulit dan hasilnyapun jauh lebih sedikit atau bahkan nihil. Hal ini terjadi karena pada usia yang telah dewasa, kertas putih tadi biasanya sudah penuh dengan titik-titik, garis-garis, bahkan kata dan kalimat yang beraneka bentuk, makna dan warna. Menulis di atas kertas yang sudah penuh dengan noda dan coretan tentunya akan sangat sulit daripada menulis di atas kertas putih yang masih polos. Kita akan dapat menulis, menggambar, dan memberinya warna dengan mudah, sesuai dengan keinginan kita.
Untuk itu, langkah terbaik agar menjadikan seorang anak menjadi sholih atau sholihah hendaknya dilakukan sejak dini. Saat memorinya belum terkontaminasi dengan pengaruh-pengaruh negatif. Anda dapat mulai membiasakan beberapa hal berikut kepada diri dan anak anda sejak dini:
Pertama, Bangunkan shubuh sejak balita
Bangun pada waktu shubuh adalah sebuah aktivitas yang sangat berat bagi orang-orang yang tidak biasa untuk melakukannya. Untuk itu, membiasakan membangunkan anak pada waktu shubuh sejak balita adalah langkah terbaik untuk menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan.
Kedua, Berikan lingkungang pergaulan dan pendidikan yang islami
Sebab Lingkungan dan pergaulan adalah salah satu faktor penting dalam pembentukan karakter seorang anak. Maka, dalam hal ini anda dapat memulainya dengan mengirimkan anak anda ke TPA atau Taman Pendidikan Al-Qur’an atau mengikuti kursus-kursus islam di Masjid dan sebagainya.
Ketiga, Jangan egois!
Sebagai Orang tua, kita adalah teladan yang pertama bagi anak, maka jadilah teladan yang terbaik bagi anak anda. Jangan bersikap egois. Jangan hanya memerintahkan anak anda untuk mengaji atau pergi sholat berjama’ah, sedangkan anda tidak melakukannya. Karena hal tersebut akan menimbulkan pembangkangan kepada anak, minimal secara kejiwaan.
Keempat, Perkenalkan batasan aurat sejak dini
Umumnya, cara berpakaian kita saat ini adalah kebiasaan yang sudah kita bawa sejak kecil. Seorang anak terutama wanita, dibiasakan menggunakan pakaian yang ketat, dibiasakan berpakaian tanpa jilbab, maka hal tersebut akan terbawa hingga remaja dan dewasa. Kebiasaan ini akan sangat sulit sekali untuk merubahnya. Dengan alasan gerah, panas, nggak nyaman, ribet, nggak gaul, nggak PD, dan dengan seribu alasan lainnya mereka akan menolak penggunaan pakaian yang menutup aurat.
Jika kita memperkenalkan batasan aurat kepada anak kita dan membiasakannya untuk menggunakan pakaian yang menutup aurat sejak dini, insya Alloh keadaannya akan berbalik. Ia akan merasa berdosa, malu, nggak nyaman, bersalah, dan menolak untuk beralih ke pakaian-pakaian yang tidak menutup aurat. Ia akan berpikir seribu kali, bahkan tidak terpikir sekalipun dan sedikitpun untuk melakukannya.
Kelima, Selalu membawa perlengkapan sholat
Maksudnya, ajarkan kepada anak untuk selalu membawa perlengkapan sholat kemanapun mereka pergi sekiranya akan melewati masuknya waktu sholat.
Keenam, Jauhkan anak dari mendengarkan musik dan menyaksikan acara di Televisi
Maksudnya, jauhkanlah anak dari mendengarkan musik atau lagu seperti lagu-lagu picisan, rock, barat, dan lain-lain. Maksimalkan membaca Al-Qur’an, mendengarkan kaset murottal, mendengarkan kaset ceramah.
Hendaknya, orang tua juga menghindarkan anaknya dari televisi, alihkan mereka pada tontonan yang lebih mendidik melalui kaset kaset CD atau MP3 dan DVD yang mengajarkan keislaman dan ilmu pengetahuan umum.
Ketujuh, Ajarkan nilai-nilai islam secara langsung
Ajarkan nilai-nilai islam yang anda kuasai secara langsung kepada anak anda sejak dini. Sampaikan dengan bahasa-bahasa yang menarik, misalnya melalui sebuah cerita.
Ke delapan, Bacakan hadits Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ayat Al-Qur’an
Bacakan hadits Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan ayat Al-Qur’an, sesuai dengan kadar kemampuan si anak. Hubungkan hadits dan ayat Al-Qur’an ketika kita memberikan nasihat atau teguran mengenai perilakunya sehari-hari.
Ke sembilan, Jadilah sahabat setia baginya
Perkecil sikap menggurui kepada anak, bersikaplah sebagai seorang sahabat dekatnya. Jadilah tempat curhat yang nyaman, sehingga permasalahan anak tidak akan disampaikan kepada orang yang salah, yang akhirnya akan memberikan solusi yang salah pula.
Kesepuluh, Ciptakan nuansa kehangatan
Nuansa hangat dan harmonis dalam keluarga akan memberikan kenyamanan bagi seluruh anggotanya, termasuk anak. Hal ini akan memperkecil masuknya pengaruh buruk dari luar kepada anak. Ia tidak akan mencari tempat diluar sana yang ia anggap lebih nyaman dari pada di rumahnya sendiri.
Dan Yang terakhir, Sampaikan dengan bijak, sabar, dan tanpa bosan
Ingat! Yang sedang anda bentuk adalah makhluk bernyawa, bukan makhluk yang tidak bernyawa. Maka sampaikan semuanya dengan penuh kesabaran, kebijaksanaan, dan jangan pernah merasa bosan untuk mengulangnya. Jangan menggunakan kekerasan, dan hindari emosi yang akan membuat anak sakit hati.
Demikian beberapa tips untuk membentuk anak yang taat alias sholih atau sholihah, semoga tips tersebut bermanfaat. Wallahu’alam…..
http://blog.fajrifm.com/archives/533
http://ukhtifr.blogspot.com/2011/11/uthu-billahi-minash-shaytanir-rajeem.html?spref=fb