Selain memberi nafkah dan mencari rezeki,
tanggungjawab suami juga bimbing anak dan isteri. Kalau suatu hari
berselisih faham, tahan menuding jari. Duduk bebincang dan cari kata
sepakat. Tiada bumi tak ditimpa hujan.
Berap ramai pasangan
suami isteri hari ini bercerai di usia perkawinan yang masih muda. Mudah
sekali menyatakan semuanya Takdir Tuhan, berpisah lantaran tiada lagi
kesefahaman. Ikatan suci yang bermula dengan kasih dan cinta, berakhir
dengan sengketa dan buruk sangka.
Saling memahami antara suami dan
isteri bukan bisa dicapai sehari dua hari. Ia merupakan suatu perjalanan
sepanjang usia perkawinan. Tantangan dan cobaan pastinya tidak sama, di
awal, pertengahan dan di ujungnya. Sikap saling memberi dan menerima
dipupuk. Memberi kelebihan diri untuk saling melengkapi. Menerima
kekurangan untuk saling menginsyafi.
Memandang kelebihan pasangan daripada kekurangannya, insya Allah akan rasa sayang dan mempercayai seterusnya menghargainya.
Kaum wanita perkara remeh suamipun bisa jadi masalah besar, padahal
bisa diatasi dengan cara berhikmah. Wanita, Allah jadikan peka dan
perasa sedang lelaki sebaliknya, lebih fokuskan pada perkara yang besar
dan isu yang lebih berat.
Isteri suka mengikuti emosi tanpa
berfikir panjang. Cepat lupa kebaikan orang termasuk suami apabila
berlaku sesuatu yang tidak mencapai kepuasan hati.
Fitrah manusia,
dalam keadaan marah, sedikit sebanyak akan hilang pertimbangan. Menjaga
keseimbangan hati, perasaan, dan pikiran, penting dalam menghadapi suatu
ujian atau krisis, bukan saja dalam ujian rumah tangga tapi dalam
masalah-masalah lain jua.
Adakalanya, isteri masam tanpa
sepatah kata. Suami yang tidak tahu menahu, terus bersikap biasa. Maka
isteri semakin masam, hilang cerianya. Menahan ego diri, ingin dipujuk
dengan kata cinta, namun tidak berbicara dan bersemuka. Suami
bertanya-tanya sendiri, akhirnya terasa hati. Salah siap kiranya, bila
masing-masing memendam rasa. Kasih mulai bertukar marah. Marah marak
menyala benci.
Ada suami yang tak pandai urusan rumah tangga,
namun dia bijak berjenaka, memeriahkan suasana. Ada suami yang jarang
menghadiahkan bunga, tapi selalu membelanjakan anak isteri dengan
makanan istimewa. Dan banyak juga suami yang tidak biasa memujuk,
bermain kata. Tapi mudah bertoleransi bila diminta bantu sini dan sana.
Ketepikan kekurangannya dan ambil kelebihan. Pasti akan merasa bertuah
memiliki pasangan hidup seperti “dia”. Senantiasa ‘memandang tinggi’
kehadiran pasangan kita.
Bukan hendak menuding jari pada salah
satu semata-mata tanpa menyebut langsung silaf di pihak satunya. Bumi
mana yang tidak tertimpa hujan, langit mana yang selalu cerah. Sedangkan
lidah lagi tergigit, inikan pula sebagai manusia baik itu suami maupun
seorang isteri yang asal dari latar berbeda.
Marilah kiranya
menyusun jemari minta maaf dari lelaki benama suami/ wanita bernama
isteri. Usak bertangguh lengah. Pandang wajahnya. Lihat matanya. Bisikan
disanubari, “Terima kasih kekasihku. Engkau terbaik untiukku.”
http://www.facebook.com/photo.php?fbid=290507837682582&set=a.244521135614586.58029.153300751403292&type=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar