Alhamdulillah, segala Puji bagi Allah yang telah memberikan
berbagai nikmat kepada kita, kesehatan, keamanan, ketenangan, rizki berupa
makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal, dan yang terpenting yaitu nikmat
iman. Sungguh, dalam setiap tarikan nafas, ada nikmat yang tak terhingga. Dari
mulai tidur, bangun dari tidur hingga tidur kembali, ada nikmat yang tiada
terkira.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang paling sempurna diantara makhluk lainnya. Sebagaimana firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala dalam Al quran:
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,
Kami angkut mereka di daratan dan di lautan. Kami beri mereka rezeki dari yang
baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas
kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al Israa’ : 70).
Namun demikian, kemuliaan manusia akan terjaga jika manusia
tersebut menggunakan segala kelebihan yang ada dalam dirinya secara seimbang
dan optimal sesuai dengan kehendak Sang Pencipta. Diantara kelebihan yang harus
kita jaga yaitu lisan (ucapan).
Seseorang yang mampu menjaga lisannya termasuk berjihad di
Jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Sebaik-baik orang mukmin, atau sebaik-baik kaum mukminin
yang terbaik Islamnya adalah (ketika) orang muslim lainnya selamat dari lisan
dan tangannya. Orang mukmin yang paling utama adalah orang mukmin yang paling
baik akhlaknya. Orang muhajirin yang paling utama adalah orang yang berhijrah
dari apa-apa yang Allah larang. Dan jihad yang paling utama adalah orang yang
dapat melawan hawa nafsunya di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Imam
Tabrani).
Salah satu cara kita untuk menjaga lisan yaitu dengan tidak
mengolok-olok orang lain, misalnya dengan memanggil seseorang dengan ‘sebutan’
yang tidak ia sukai. Sering kali kita lengah dengan memanggil orang lain sesuai
dengan keadaan fisik yang melekat padanya, misalnya kita memanggil teman kita
yang memiliki kulit gelap dengan ‘si hitam’, teman kita yang bertubuh pendek
kita panggil ‘si pendek’ … dengan ‘enteng’ kita memanggil teman kita TBC
(‘telinga banyak coroknya’ ). Sebutan tersebut mungkin kita anggap biasa, hanya
bercanda. Tetapi tahukah kita? Apa yang teman kita rasakan saat dia dipanggil
dengan sebutan seperti itu? Tak terpikirkah pada diri kita bahwa mungkin ia
telah tersakiti hatinya? Padahal dalam Al quran Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
melarang kita untuk memanggil dengan galar yang buruk.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan)
lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokkan) dan jangan pula wanita-wanita
(mengolok-olokkan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang
diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olokkan) dan janganlah
kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan
gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk
sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.” (QS. Al Hujuraat : 11).
Melalui ayat ini jelaslah bahwa perbuatan mengejek, mencela,
mencaci-maki seseorang, apalagi jika ia seorang muslim adalah termasuk
perbuatan zalim. Janganlah kita merasa diri kita lebih baik dari orang lain
dengan mengolok-olok, karena, bisa jadi orang yang kita olok-olok ternyata jauh
lebih baik dari kita.
Berhati-hatilah dalam berucap anakku…
“Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya seseorang berkata satu kalimat yang ia tidak
menganggap apa-apa, tetapi memasukkan ia sejauh tujuh puluh tahun ke dalam
neraka.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Marilah kita menjaga lisan kita. Setiap ucapan yang keluar
dari lisan kita akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat.
Ya Allah,
kami berlindung kepada Engkau dari kejahatan telinga kami, dari kejahatan
pendengaran kami, dan dari kejahatan penglihatan kami, dan dari kejahatan lisan
kami, dan dari kejahatan hati kami…Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar